Senin 28 Dec 2020 18:04 WIB

Kesulitan Biaya, Penderita Hidrosefalus Batal Dioperasi

Kondisi terkini kaki Khusni masih tidak bisa digerakkan

Khusni dan ibunya
Foto: ACT
Khusni dan ibunya

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang ibu mana yang tak bahagia tatkala memiliki anak dapat tumbuh normal serta sempurna fisiknya. Apalagi dapat bermain dan beraktifitas bersama teman-teman sebayanya. Namun, kesabaran panjang bagi para ibu yang memiliki anak dengan kondisi keterbatasan, tetapi tetap tegar dan bersabar atas kondisi tersebut.

Seperti yang dialami Sumirah (49), yang tinggal di pelosok Desa Tanjung, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, anak bungsunya tengah menderita penyakit hidrosefalus sejak lahir. Anaknya menderita penyakit yang diakibatkan karena tumpukan cairan di dalam rongga otak, sehingga diameter kepala menjadi membesar.

Sumirah hidup dari keluarga prasejahtera dengan profesi buruh tani. Sedangkan suaminya adalah seorang buruh bangunan. Namun, ia tetap terlihat tegar ketika membersamai anak bungsunya menyuapi makanan dan sesekali mengajak anaknya berobat ketika memiliki biaya.

Khusni namanya, anak bungsu Sumirah yang kini sudah 13 tahun, hanya bisa duduk di kursi roda karena penyakit hidrosefalus yang dideritanya sejak lahir. Ia hanya bisa makan makanan yang dihaluskan yang dibantu disuapi oleh ibunya, atau biasanya kakaknya ketika sudah pulang dari sekolah.

Kondisi terkini kaki Khusni masih tidak bisa digerakkan, begitu juga dengan tangannya hanya bisa digerakkan sedikit saja. “Matanya hanya bisa melihat menerawang namun tak bisa fokus, serta untuk berbicara untuk anak seusianya masih belum bagitu jelas,” ungkap Rere tim ACT yang berkesempatan berkunjung di rumahnya lewat keterangan tertulis kepada Republika.

Sumirah ingin sekali melihat anaknya dikemudian hari bisa sembuh, dan dapat bermain dengan teman-teman sebayanya, serta bisa bersekolah. Tapi apa daya, kondisi anak bungsunya kini hanya bisa berbaring dan duduk di kursi roda. 

“Dulu pernah ditawarkan dokter untuk operasi, namun karena terkendala biaya operasi sekitar 65 juta jadi saya tidak mampu,” ungkap Sumirah. 

Akhirnya Sumirah terpaksa mengurungkan niatnya untuk operasi anaknya. Dia membawa pulang anaknya untuk dirawat sendiri di rumah.  Bahkan karena saking sulitnya, ia kadang harus menjual sapi milik mertuanya untuk keperluan periksa dan berobat dik Khusni ke klinik terdekat. 

Para tetangga serta Karang Taruna Desa setempat sesekali juga turut membantu keluarga bu Sumirah dengan membawakan bantuan sembako untuk membantu kebutuhan sehari-hari. 

Dalam kesempatan tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY berkunjung di kediamannya untuk memberikan bantuan kepada Bu Sumirah sekeluarga, serta mendo’akan agar dik Khusni segera sembuh dari sakit Hidrosefalus.

“Bantuan pokok berupa pangan (sembako), popok bayi, serta uluran kepedulian untuk dik Khusni berobat sangat dibutuhkan,” ungkap Nopal dari relawan ACT DIY. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement