Ahad 20 Dec 2020 05:54 WIB

Pengalaman Mualaf Korea Selatan Jalani Islam Pertama Kali

Mualaf Madina Su asal Korea Selatan hadapi kesulitan berislam masa awal

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Madina Su asal Korea Selatan hadapi kesulitan berislam masa awal
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Madina Su asal Korea Selatan hadapi kesulitan berislam masa awal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Bohong jika tidak ada kesulitan setelah pertaubatan dan menjalani ajaran Islam. Kehidupan setelah menjadi Muslim sangat sulit. Hal ini juga dirasakan mualaf Madina Su dari Incheon, Korea Selatan. 

Di Korea Selatan, di mana ada banyak pesta minum, orang bisa saja berubah dengan sendirinya. Akses daging halal sulit, sehingga makan di luar pun dikurangi. Ini menjadi kesulitan Madina di awal melaksanakan syariat Islam. 

Baca Juga

Secara khusus, alkohol bukan hanya untuk kesenangan, melainkan alkohol pada pertemuan keluarga atau makan malam perusahaan merupakan peran penting.  Hal ini karena mereka dianggap kurang bersosialisasi karena tidak minum alkohol dan tidak ikut makan malam perusahaan.  

Ini bukan satu-satunya kesulitan.  Di Korea Selatan, daging halal sulit ditemukan secara umum. Jadi kebanyakan Muslim akan menjadi vegetarian atau meminta daging halal beku dikirim dan dimasak sendiri. 

Tak hanya itu, saat keluar dengan jilbab, mata orang-orang selalu tertuju padanya. Dia memberi tahu perusahaan bahwa dia telah pindah agama sekarang, tetapi sebelumnya, ada juga konflik kecil dengan kehidupan kerjanya.  

Dia pernah mengalami pengalaman, satu ketika dia pergi ke rumah sakit dengan memakai hijab (rumah sakit yang dikunjungi selama beberapa tahun), dan tiba-tiba dia ditanya tentang status kewarganegaraannya sebagai orang Korea.  

Padahal rumah sakit memiliki catatan informasi pribadinya selama ini. Tak hanya satu dokter yang pernah dia temui, merasa aneh dan asing dengan dirinya hanya karena memakai hijab. 

Karena Korea Islam jauh dari Islam, dan sebelumnya dia juga orang Korea yang akrab dengan kehidupannya non-Islaminya, ada banyak cobaan dan kesalahan serta kesulitan dalam dalam kariernya.   

Hal pertama yang mulai dia pelajari setelah menjadi Muslim adalah belajar beribadah. Tidak sulit untuk belajar cara beribadah.  Namun, karena dia menghabiskan waktu yang lama di tempat kerja, sulit untuk menemukan tempat untuk wudhu dan sholat.   

Jadi Madina mencari gudang kecil yang tidak digunakan perusahaan kemudian sholat di sana. Tapi gudang itu adalah ruangan yang tidak bisa dikunci. Jadi terkadang orang melihatnya ketika dia sedang sholat. 

Kemudian masalah dengan makan. Perusahaan menyediakan makan siang untuk karyawannya, dan tentunya tidak ada makanan halal. Jadi dia sering kelaparan atau makan kotak makan siang sederhana.  Tapi masalah terbesar adalah saat Ramadhan.   

Karena melihat dia tidak makan dan minum serta terlihat lemas, dia pun mengaku sedang diet ketat. Ini terjadi sebelum dia mengaku seorang Muslim. 

Satu ketika perusahaan meminta untuk menghadiri makan malam perusahaan. Dia menolak karena memiliki janji, faktanya, dia menolak karena sedang berpuasa Ramadhan. Namun, CEO memaksanya untuk menghadiri jamuan makan malam perusahaan meskipun dia mengubah jadwalnya.  

"Saya terpaksa pergi ke restoran.  Dan saya mencoba untuk tidak makan, tetapi CEO itu menatap saya selama setengah jam karena saya bersikeras untuk tidak datang ke jamuan makan malam perusahaan (untuk melihat apakah saya makan atau tidak).  Akhirnya, saya membatalkan puasa setengah jam sebelum akhir puasa," ujar dia 

Sepulang dari jamuan makan malam dia menangis sepanjang jalan pulang. Setelah kejadian itu dia memutuskan untuk memberi tahu perusahaan tentang keislamannya.   

"Saya tidak ingin lagi berbohong kepada orang lain karena kehidupan religius saya, dan saya ingin menjalani kehidupan religius yang lebih nyaman. Tentu saja, saya khawatir dan membutuhkan banyak keberanian sebelum berbicara,"ujar dia.  

Dia yakin  kepada Allah SWT dan akhirnya dia memutuskan untuk mengumumkan keislamannya. Dan dia merasa sangat nyaman setelah pengumuman itu. Bersyukur, CEOnya menerima keputusan Madina dan tidak bermasalah dengan hal itu.

Kesulitan lain di Korea adalah belum banyak Masjid, dan belum banyak guru yang bisa mengajar pelajaran Islam di Korea.  Karena itu, Muslim Korea yang tidak pandai bahasa Inggris atau Arab haus untuk belajar. Madina tidak terkecuali. 

"Tapi sekarang saya beruntung belajar pendidikan Islam dan bahasa Arab di Korea Selatan dari Masjid terdekat.  Di sana saya belajar dari istri dan anak imam Masjid. Saya beruntung Allah SWT membantu saya," ujar dia.

Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, dia mencintai kehidupannya saat ini sebagai seorang Muslim. Dan dia ingin membuka jalan bagi Islam dengan melakukan dakwah kepada sebanyak mungkin orang Korea.  Salah satunya melalui instagram dalam akunnya @madinasu122. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement