Senin 14 Dec 2020 14:45 WIB

Tak Ada Kremasi Jenazah Covid Berkat Relawan Muslim Myanmar

Jenazah Muslim Covid-19 bisa dimakamkan sesuai syariat.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Tak Ada Kremasi Jenazah Covid Berkat Relawan Muslim Myanmar. Petugas kesehatan yang mengenakan APD (Alat pelindung diri) bersiap untuk melakukan tes swab COVID-19 di jalan tol Yangon-Mandalay di Yangon, Myanmar, 13 Oktober 2020. Otoritas Yangon mengizinkan truk barang untuk menggunakan jalan tol Yangon-Mandalay, jika pengemudi dan asistennya tes COVID-19 negatif. Myanmar memperpanjang periode penguncian virus korona untuk Yangon, yang merupakan pusat wabah di negara itu, untuk mengekang penyebaran infeksi setelah lonjakan kasus virus korona.
Foto:

Selama berbulan-bulan, Myanmar relatif tidak terserang pandemi. Negara ini mencatat kurang dari 400 kasus di seluruh negeri pada pertengahan Agustus.

Namun, itu semua berubah ketika jumlah kasus mulai melonjak di negara dengan salah satu sistem perawatan kesehatan terlemah di dunia ini. Sekarang ada lebih dari 100 ribu infeksi, dengan lebih dari 2.000 kematian di Myanmar.

Pusat komersial Myanmar yang padat, Yangon, menjadi hot spot virus corona. Tim Sithu Aung sekarang mengumpulkan tiga atau empat mayat setiap hari.

Mereka bekerja dalam shift bergilir, yakni dua pekan berjalan, kemudian isolasi diri sepekan. Sehingga, memungkinkan Sithu Aung menghabiskan beberapa hari bersama istri dan putranya yang berusia satu tahun sebelum dia kembali ke pekerjaannya yang mengerikan itu.

Ketika kota itu pertama kali menerapkan lockdown pada April lalu, dia memilih tidak memberi tahu keluarganya tentang rencananya menjadi sukarelawan. Sebab jika ia memberi tahu mereka, ibu dan istrinya tidak akan mengizinkannya melakukannya.

Di tengah menjalani aktivitas ini, keluarganya terkadang mengunjunginya di pemakaman, meski mereka menjaga jarak. Sithu Aung membantu menguburkan korban pertama virus corona di Myanmar, yakni seorang pria Muslim berusia 69 tahun.

Dia mengingat ketakutannya menyentuh tubuh korban tersebut. Namun, setelah membantu menguburkan puluhan korban virus corona, dia mengatakan tidak lagi takut mati. Walaupun, dia mengakui emosinya masih bisa meluap-luap.

"Saya menyesal karena anggota keluarga tidak bisa melihat wajah orang yang mereka cintai. Suatu hari kami juga menangis di balik kacamata kami," ujarnya. 

 

https://www.channelnewsasia.com/news/asia/myanmar-yangon-muslim-covid-19-volunteers-13741012

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement