Sabtu 12 Dec 2020 22:45 WIB

Imam Besar Istiqlal: Lelaki Bukan Lagi Sumber Perceraian

Kini semakin banyak perempuan yang terlibat aksi-aksi kekerasan.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Fakhruddin
Imam Besar Istiqlal: Lelaki Bukan Lagi Sumber Perceraian. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH Nasaruddin Umar (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Imam Besar Istiqlal: Lelaki Bukan Lagi Sumber Perceraian. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH Nasaruddin Umar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH Nasaruddin Umar menyoroti maraknya perceraian keluarga di Indonesia. Ia menilai, sumber perceraian kini banyak berasal dari perempuan. 

“Saat ini bukan lagi lelaki yang menjadi sumber kehancuran keluarga, namun sedang maraknya fenomena gugat cerai dari kesalahan perempuan yang selingkuh,” kata Prof Nasaruddin dalam Webinar Internasional bertema 'Perempuan Sebagai Agen Pemberdayaan di Era New Normal', Jumat (11/12). 

Prof Nasaruddin juga menyebut bahwa kini semakin banyak perempuan yang terlibat aksi-aksi kekerasan. Musababnya, kata dia, karena semakin banyak perempuan Indonesia yang mengakses kajian-kajian garis keras. 

"Paling banyak diminati perempuan adalah ceramah-ceramah keagamaan dan mereka lebih senang mendengar ceramah dari garis keras. Akibat mengonsumsi data-data radikalisme efeknya berpengaruh pada perilaku dan hasilnya adalah feminisasi radikalisme di Indonesia” kata dia. 

Direktur Centre for Gender, Peace and Security (GPS) di Monash University, Australia, Prof. Jacqui True mengatakan, saat ini masih banyak perempuan Indonesia yang mengabaikan peran perempuan sebagai agen deradikalisme. Ia juga menyoroti pentingnya partisipasi perempuan dalam pengarusutamaan gender agar tidak banyak lagi penafsiran yang bias gender. 

Webinar Internasional ini digelar Badan Pengelola Masjid Istiqlal Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat. Selain Prof Nasaruddin dan Prof Jacqui Tru, pembicara di seminar daring itu juga ada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak  I Gusti Ayu Bintang Darmawati. 

Turut serta sebagai narasumber adalah Tenaga Ahli Utama Presiden Dr. Ruhaini Dzuhayatin, Staf Ahli Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Titi Eko Rahayu, dan Prof. Etin Anwar dari Hobart College & Reducate, New York.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement