Oleh : Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Syihabuddin Qalyubi, Lc M Ag
Karya-karya tulisnya yang sudah terbit, baik berupa karya sendiri, suntingan, maupun terjemahan, antara lain adalah Eureka, Bagaimana Karya-Karya Besar Lahir (2019), 100 Great Stories of Muhammad (2017), Kisah-Kisah Romantis Rasulullah (2017), Islamic Golden Stories 2, Tanggung Jawab Pemimpin Muslim (2016), Jejak-Jejak Islam, (2016), Islamic Golden Stories 1: Para Pemimpin yang Menjaga Amanah (2016), Pesona Akhlak Nabi (2016), Jejak-Jejak Islam, edisi e-book (2015), Pesona Ibadah Nabi (2015), serta masih banyak lagi lainnya.
Wahhabisme, atau Wahhabiyah, yang akan jadi topik seminar ini merupakan gerakan pemurnian kembali ajaran Islam, dipelopori Muhammad bin ‘Abdul Wahhab yang hidup antara 1115-1208 H/1703-1793 M.
Gerakan ini mengajak umat Islam untuk meninggalkan banyak kepercayaan dan praktik keagamaan yang sudah sejak lama dianut dan dan dilakukan secara luas, karena tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Secara khusus, gerakan ini menyerang segala yang mereka klaim dan tuduhkan sebagai khurafat dan pemujaan wali yang diajarkan kaum sufi, dan mengutuknya sebagai perbuatan bidah dan penyimpangan dari Islam yang benar.
Selain itu, gerakan ini mengajak umat Islam kembali pada ajaran Islam yang murni dengan menafsirkan Alquran dan hadits secara lebih ketat dan berpedomankan praktik Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Ketika mencapai kekuatan politik dan militer, gerakan ini pun secara sistematis menghancurkan segala sesuatu yang dipandang penyebab berkembangnya ajaran-ajaran bidah dalam Islam.
Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab sendiri kemudian menggalang persekutuan dengan penguasa Najd kala itu, Muhammad bin Sa‘ud, yang berpulang pada1179 H/1765 M. Dari persekutuan tersebut berdirilah Dinasti Saudi.
Antuasiasme pemurnian gerakan inilah yang menjadi kekuatan yang menentukan di balik ekspansi politik Dinasti Saudi. Di akhir abad ke-18 M, seluruh Najd sudah dapat mereka duduki, malah Irak sudah pula mereka serang. Kota-kota di kawasan Hijaz pun mereka duduki dan mereka bersihkan dari praktik-praktik yang mereka pandang bertentangan dengan paham yang mereka anut.
Akhirnya, setelah merebut kemenangan dan menguasai kawasan yang kini disebut wilayah Kerajaan Arab Saudi, Dinasti Saudi pun menetapkan Wahhabisme sebagai paham negara. Hingga dewasa ini. Dan dalam pase-pase selanjutnya ada pembahasan yang sangat menarik bagaimana relasi Wahhabisme dengan Kerajaan Arab Saudi dalam perspektif Historis yang akan dianalisis oleh Ustadz Ahmad Rofi’ Usmani.
Sangat diharapkan dari berbagai kegiatan akademik ini Program Doktor KTT menjadi lembaga pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang unggul di bidang kajian Timur Tengah dan kerja sama Indonesia-Timur Tengah. Serta dapat melahirkan temuan-temuan baru terkait dengan kajian Timur Tengah dan kerja sama Indonesia-Timur Tengah.