Rabu 25 Nov 2020 23:17 WIB

Kajian Timur Tengah dan Islam, Bagaimana Prospeknya?

Kajian Timur Tengah dan Islam masih perlu ditingkatkan

Kajian Timur Tengah dan Islam masih perlu ditingkatkan Ilustrasi
Foto:

Oleh : Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Syihabuddin Qalyubi, Lc M Ag

Karya-karya tulisnya yang sudah terbit, baik berupa karya sendiri, suntingan, maupun terjemahan, antara lain adalah Eureka, Bagaimana Karya-Karya Besar Lahir (2019), 100 Great Stories of Muhammad (2017), Kisah-Kisah Romantis Rasulullah (2017), Islamic Golden Stories 2, Tanggung Jawab Pemimpin Muslim (2016), Jejak-Jejak Islam, (2016), Islamic Golden Stories 1: Para Pemimpin yang Menjaga Amanah (2016), Pesona Akhlak Nabi (2016), Jejak-Jejak Islam, edisi e-book (2015), Pesona Ibadah Nabi (2015), serta masih banyak lagi lainnya.

Wahhabisme, atau Wahhabiyah,  yang akan jadi topik seminar ini merupakan  gerakan pemurnian kembali ajaran Islam, dipelopori Muhammad bin ‘Abdul Wahhab yang hidup  antara 1115-1208  H/1703-1793 M. 

Gerakan ini mengajak umat Islam  untuk meninggalkan banyak kepercayaan dan praktik keagamaan yang  sudah sejak  lama  dianut dan dan dilakukan secara luas,  karena  tidak sesuai   dengan  ajaran  Islam  yang  murni.  

Secara khusus, gerakan ini  menyerang  segala yang mereka klaim dan tuduhkan sebagai khurafat  dan  pemujaan wali yang diajarkan  kaum  sufi,  dan mengutuknya sebagai perbuatan bidah dan penyimpangan dari Islam yang  benar. 

Selain itu, gerakan ini mengajak umat Islam  kembali pada  ajaran Islam yang murni dengan menafsirkan  Alquran  dan hadits  secara lebih ketat dan berpedomankan praktik Islam  pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. 

Ketika  mencapai  kekuatan politik dan militer, gerakan  ini  pun secara  sistematis  menghancurkan segala sesuatu  yang  dipandang penyebab berkembangnya ajaran-ajaran bidah dalam Islam.

photo
Untuk pertama kalinya dalam sejarah keanggotaan Dewan Syuro Arab Saudi, kali ini sejumlah besar anggota perempuan dipilih untuk bertugas di berbagai komite. Tercatat, ada 24 perempuan di 14 komite Syuro yang sampai saat ini dimonopoli oleh anggota laki-laki. - (Saudi Gazette)

Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab sendiri kemudian menggalang persekutuan dengan penguasa  Najd kala itu, Muhammad bin Sa‘ud, yang berpulang  pada1179  H/1765  M. Dari persekutuan tersebut berdirilah Dinasti Saudi.  

 

Antuasiasme  pemurnian  gerakan  inilah yang menjadi  kekuatan  yang menentukan di balik ekspansi politik Dinasti Saudi. Di akhir abad ke-18  M,  seluruh Najd sudah dapat mereka  duduki,  malah  Irak sudah pula mereka serang. Kota-kota di kawasan Hijaz pun mereka duduki  dan mereka   bersihkan  dari  praktik-praktik  yang  mereka   pandang bertentangan  dengan  paham yang mereka anut. 

Akhirnya,  setelah merebut  kemenangan  dan  menguasai  kawasan  yang  kini  disebut wilayah Kerajaan Arab Saudi, Dinasti Saudi pun menetapkan Wahhabisme sebagai paham negara. Hingga dewasa ini. Dan dalam pase-pase selanjutnya ada pembahasan yang sangat menarik bagaimana relasi Wahhabisme dengan Kerajaan Arab Saudi dalam perspektif Historis yang akan dianalisis oleh Ustadz Ahmad Rofi’ Usmani.  

 

Sangat diharapkan dari berbagai kegiatan akademik ini Program Doktor KTT menjadi lembaga pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang unggul di bidang kajian Timur Tengah dan kerja sama Indonesia-Timur Tengah. Serta dapat melahirkan temuan-temuan baru terkait dengan kajian Timur Tengah dan kerja sama Indonesia-Timur Tengah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement