REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan anggota kabinetnya dilaporkan khawatir turis Israel akan berperilaku tidak pantas saat berlibur di Uni Emirat Arab (UEA).
Perusahaan penyiaran publik Israel, Kan, Ahad (15/11), melaporkan, Netanyahu mendukung penerbitan kode etik bagi warga Israel ke UEA. Menurut Times of Israel, ide tersebut awalnya dilontarkan oleh Menteri Pariwisata dan Urusan Strategis Israel, Orit Farkash-Hacohen. Timnya telah menyusun hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh turis Israel saat berada di UEA.
Netanyahu menyebut kode etik tersebut sangat penting. "Saya menyarankan Anda benar-benar mendidik orang Israel," kata Netanyahu, dilansir di Al Araby, Selasa (17/11).
Namun dia dilaporkan keberatan panduan itu disebut sebagai kode etik. Diskusi kabinet dilakukan ketika beberapa maskapai penerbangan Emirat bersiap memulai penerbangan reguler ke dan dari Israel.
Pada awal bulan ini, UEA dan Israel meratifikasi perjanjian perihal membebaskan kedua warga negara untuk mendapatkan visa yang telah disetujui sebelumnya. Pada September, UEA menjadi negara Arab ketiga yang menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Langkahnya segera diikuti oleh Bahrain dan Sudan. Perjanjian itu telah dikecam oleh Palestina. Hal ini karena melanggar kebijakan Liga Arab selama bertahun-tahun tentang konflik Israel-Palestina.
Adapun konsensusnya tidak boleh ada hubungan dengan Israel sampai Israel berdamai dengan Palestina. Sementara itu, Arab Saudi sejauh ini menahan diri untuk tidak meresmikan hubungan dengan Israel. Akan tetapi mereka telah memberi lampu hijau pada penerbangan UEA dan Bahrain, yang menandai tanda kerja sama dengan Israel.