Selasa 10 Nov 2020 04:35 WIB

Kiai As'ad dan Mantan Penjahat di Pertempuran 10 November

Kiai As'ad berperan penting dalam Pertempuran 10 November di Surabaya.

Kiai Asad dan Mantan Penjahat di Pertempuran 10 November. KH Asad Syamsul Arifin
Foto:

Ulama yang juga dikenal sebagai sastrawan ini menjelaskan kaum Pelopor yang dibina Kiai As'ad itu banyak memberikan manfaat dengan segala potensinya untuk membangun bangsa, kemudian di atas itu adalah agama. "Ada banyak orang yang tidak terbaca di masyarakat, bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat, masyarakat marjinal atau pinggiran, kemudian bisa berubah menjadi kekuatan sumber daya dalam berjuang untuk bangsa dan agama," ujarnya.

Pahlawan Pancasila

Mantan ketua umum PBNU almarhum KH Hasyim Muzadi dalam suatu seminar di Jember, Jawa Timur, menilai KHR As'ad Syamsul tidak hanya pantas menyandang gelar pahlawan nasional, namun juga layak disebut sebagai pahlawan Pancasila terkait perannya dalam penerimaan asas tunggal Pancasila oleh organisasi kaum nahdliyin itu.

"Tidak salah kalau beliau disebut sebagai pahlawan Pancasila. Beliau lebih Pancasila dari orang-orang yang ngomong butir-butir Pancasila," katanya pada seminar bertema "Refleksi Perjuangan KHR As'ad Syamsul Arifin dalam Mempertahankan NKRI" di Pondok Pesantren Nurul Qaarnain, Baletbaru, Sukowono, Jember, Jawa Timur, Ahad, 13 November 2016.

KHR As'ad Samsul Arifin (lahir pada 1897 di Makkah dan meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada umur 93 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Dusun Sukorejo, Desa Sumberrejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Menurut Hasyim Muzadi, gelar pahlawan yang dianugerahkan kepada Kiai As'ad tidak lepas dari proses perjalanan NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dia mengatakan Kiai As'ad adalah tokoh yang memegang palu ketika NU menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas di Indonesia, meskipun konseptornya adalah KH Achmad Siddiq, kala itu.

photo
Seorang petugas melakukan pengecatan tembok Plaza Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPNU) Kalibata, Jakarta, Senin (9/11/2020). Kegiatan tersebut sebagai persiapan menjelang upacara peringatan hari Pahlawan pada (10/11) yang rencana akan dihadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden RI. - (Antara/Fakhri Hermansyah)

 

Kiai As'ad ketika itu mau meneruskan wacana mengenai penerapan asas tunggal oleh Presiden Soeharto setelah mendapatkan penjelasan Pancasila tidak akan dijadikan agama atau agama dijadikan Pancasila.

"Pak Harto kala itu menjelaskan Pancasila sebagai pintu gerbang untuk masuknya semua agama, semua komponen bangsa untuk bersama-sama membangun bangsa," ujarnya.

Kini, Kiai As'ad telah meninggalkan kita semua. Kepemimpinan di pesantren dan NU telah diteruskan oleh generasi selanjutnya.

Namun, nilai-nilai dari perjuangan tokoh kharismatik itu masih patut, bahkan harus dilanjutkan oleh generasi muda, khususnya kaum Muslimin untuk berjuang merawat keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia, menjadi lebih maju dan makmur.

 

Selamat Hari Pahlawan, mari kita rawat NKRI dan Pancasila sebagai pesan dari Kiai As'ad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement