Sabtu 07 Nov 2020 05:57 WIB

Surat Nasihat Terbuka untuk Saudaraku yang Jalani Hijrah 

Hijrah bukan terminal akhir dari perjalan menuju kebaikan

Pengunjung menghadiri Festival Roadshow Hijrah Fest 2019 di Medan, Sumatera Utara, Jumat (5/4/2019).
Foto:

Kami akan sangat iri melihat dirimu, setelah hijrah, semakin meningkat kualitas dan kuantitas ibadah, semakin mempesona akhlak dan budipekertinya, semakin matang pribadinya, semakin terjaga lisan dan anggota tubuhnya, dan semakin dekat dengan Sang Pencipta.  

Kalau itu yang terjadi, maka semua akan mendoakanmu dan ‘siap’ bersaing denganmu untuk sama-sama memperbaiki diri, meningkatkan kesalehan pribadi dan mendekatkan diri pada ilahi.  

Tapi kalau setelah hijrah beberapa hari, engkau langsung bicara ‘ini bidah’, ‘ini sesat’, dan sebagainya, bukankah wajar kalau di antara kami ada yang meragukan ketulusanmu? Kami memang tidak tahu apa yang di hati, tapi lidah menjadi pertanda apa yang ada di dalam sanubari. 

Saudaraku, jangan anggap diamnya para ulama melihat ‘ulahmu’ dikarenakan mereka menghargaimu atau ‘gentar’ menghadapimu. Tidak. Justru mereka merasa kasihan padamu. Engkau ibarat anak kecil yang dapat mainan baru. Atau seorang yang baru belajar silat, lalu dapat satu-dua jurus, bawaannya mau nantang semua orang. 

Saudaraku, renungkan syair al-Mutanabbi yang pendek tapi bermakna ini :

وإذا ما خلا الجبان بأرض طلب الطعن وحده والنزالا “Ketika pengecut berada di medan sendirian. Ia menantang untuk bertarung dan adu kekuatan” 

Tak usah berkilah dan mengatakan, “Ini yang saya terima dari ustadz-ustadz saya.”

photo
Ilustrasi komitmen ibadah usai hijrah - (AP /Sunday Alamba)

Perlu engkau ketahui, kalau sang ustadz membicarakan masalah-masalah tersebut dalam konteks mengkaji dan mendalami lalu sampai pada satu kesimpulan, apapun kesimpulannya, dan ia memiliki kompetensi untuk itu, tentu itu sah-sah saja.   

Tapi kalau ia mengangkat masalah itu secara berlebihan sehingga terkesan masalah itu sangat fundamental, apalagi sampai menilai keisalaman dan keimanan orang lain dengan kacamata itu, maka ketahuilah, saudaraku, bahwa diantara tanda keikhlasan seorang dai dalam berdakwah adalah ia bisa menempatkan sesuatu pada kadarnya yang pas.  

Seorang ulama mengatakan :

لو كان رائدهم الإخلاص لرأوا الصغير صغيرا والكبير كبيرا ووسعهم ما وسع جماعة المسلمين على توالي القرون

“Seandainya panduan mereka adalah keikhlasan tentu mereka melihat yang kecil itu kecil, yang besar itu besar. Mereka akan berlapang dada dan menerima apa yang telah diterima kaum muslimin sepanjang sejarah.”

هدانا الله وإياكم ووفقنا لما يحبه ويرضاه

* Alumni Al-Azhar Kairo Mesir jurusan hadits dan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Diniyyah Puteri Padang Panjang, Sumatra Barat  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement