Jumat 06 Nov 2020 19:12 WIB

Uni Eropa Dukung Prancis Lawan ‘Ekstremis’ Islam, Ironis?

Uni Eropa menyebut dukungan ke Prancis untuk melawan radikalis Islam

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Uni Eropa menyebut dukungan ke Prancis untuk melawan radikalis Islam Bendera Uni Eropa.
Foto:

Uni Eropa juga bersikeras untuk menyamakan Israel dengan Yahudi dan Yudaisme. Hal ini tampak jelas dalam pendekatannya untuk memerangi anti-Semitisme dan dalam dukungan terbuka terhadap klaim Israel sebagai "negara Yahudi".

Orang Palestina, sebaliknya, selalu menolak untuk menyamakan Israel dengan orang Yahudi, atau meminta pertanggungjawaban orang Yahudi secara kolektif atas tindakan Israel.

Bahkan organisasi politik dan perlawanan Palestina Hamas menegaskan dalam piagamnya yang diperbarui pada tahun 2017 bahwa mereka "tidak melakukan perjuangan melawan orang Yahudi karena mereka adalah orang Yahudi tetapi mengobarkan perjuangan melawan Zionis yang menduduki Palestina."

"Zionislah yang terus-menerus mengidentifikasi Yudaisme dan Yahudi dengan proyek kolonial mereka sendiri dan entitas ilegal," kata Hamas yang dikutip Abunimah.

"Desakan anti-Muslim Borrell pada istilah "terorisme Islam" dirasa gagal untuk menggambarkan kekerasan yang diilhami oleh agama yang dilakukan oleh orang Yahudi," kata Abunimah menambahkan.

Dikala seluruh dunia memboikot barang-barang Prancis atas komentar para pemimpin Prancis tentang Islam, serta "pidato kebencian" tentang "situasi Muslim di Eropa." Borrell justru dengan gigih membela para pemimpin Prancis dari "kampanye media sosial manipulatif" dan menegaskan bahwa UE "melindungi kebebasan setiap orang untuk percaya dan mempraktikkan agama."

"Penolakan terhadap kenyataan bahwa Muslim di seluruh Eropa menghadapi kebencian dan diskriminasi yang terus-menerus dibantah oleh penelitian dari Badan Hak Fundamental Uni Eropa sendiri," ujar Abunimah.

photo
Ilustrasi Islamofobia - (Foto : MgRol_93)

Menurut survei FRA 2017, hampir satu dari tiga wanita Muslim di Eropa yang terkadang mengenakan “pakaian tradisional atau keagamaan” mengalami pelecehan di depan umum selama 12 bulan sebelumnya.

Penelitian lain di situs FRA adalah penelitian 2017 yang disponsori  Bertelsmann Foundation Jerman. Ditemukan bahwa di seluruh Eropa, penolakan terhadap tetangga Muslim tersebar luas.

"Penolakan Muslim sangat kuat di Austria," dan di Jerman, 19 persen responden non-Muslim tidak akan menyambut tetangga Muslim," sambungnya.

Secara keseluruhan, studi tersebut menemukan bahwa Muslim termasuk imigran dari negara-negara Muslim yang datang ke Eropa selama beberapa tahun terakhir adalah kelompok sosial yang paling ditolak. Ironisnya, menurut studi Bertelsmann, Prancis adalah negara yang paling tidak toleran.

"Mungkin karena warga Prancis tidak cukup membenci Muslim di mata para pemimpin Prancis sehingga Presiden Emmanuel Macron dan pemerintahnya telah melancarkan perang budaya habis-habisan terhadap Muslim," ujarnya.

Ini berkisar dari desakan untuk terus menerus merendahkan kepercayaan Muslim atas nama 'kebebasan berbicara', hingga memperkenalkan undang-undang baru yang menentang “separatisme” yang menargetkan Muslim. Pemerintah Macron juga terus mengawasi bahkan membubarkan kelompok atau organisasi Muslim.

Macron bahkan bergerak untuk menutup CCIF, sebuah kelompok hak sipil yang fokus menangani Islamofobia. Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin telah menyatakan CCIF sebagai "musuh republik."

"Pemeriksaan jujur atas hasil perang dan intervensi Eropa jauh lebih sulit daripada menyalahkan, seperti yang dilakukan Borrell, karena adanya benturan antara peradaban dan barbarisme," pungkas Abunimah.

Sumber: https://electronicintifada.net/blogs/ali-abunimah/eu-backs-frances-war-islam 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement