Kamis 05 Nov 2020 05:55 WIB

Jejak Berdarah Prancis Selama Menjajah Negara-Negara Islam

Prancis mempunyai jejak berdarah saat menjajah negara-negara Islam

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Napoleon Bonaparte
Foto:

2. Mesir

Penjajahan Prancis di Mesir berlangsung sekitar 3 tahun dari 1798 sampai 1801. Napoleon Bonaparte termasuk yang berperan agar Prancis menduduki Mesir. Upaya ini merusak sistem dan budaya Mesir. Hingga akhirnya, Deklarasi Jihad melawan penjajah Prancis pun disampaikan penguasa Turki Sultan Salim III melalui Gubernur Suriah pada September 1798. 

Hal itu pulalah yang mendorong semangat rakyat, bahkan juga mendapat sambutan baik dari negara-negara Arab lain. Suriah dan Hijaz sampai mengirim tentara untuk membantu Turki mengusir Prancis dari Mesir. Akibat deklarasi itu, terjadi Pemberontakan Kairo pada 21 Oktober 1798 yang menewaskan banyak orang dan ulama.

Masyarakat Mesir kala itu memberontak karena beberapa hal, di antaranya tingginya tarif pajak dan peraturan-peraturan yang diberlakukan Prancis. Lebih dari itu, Napoleon Bonaparte juga melakukan propaganda tentang Islam, dengan menggunakan ulama dalam birokrasi. Napoleon juga menyebut bahwa Prancis adalah teman Islam dan Turki.

Pemberontakan kedua pecah lagi. Kali ini melibatkan akademisi, pedagang, dan warga Kairo yang dipimpin Sayyid Umar Makram dan Sayyid Ahmad al-Mahruqi. Butuh waktu sampai satu bulan bagi Prancis untuk meredam aksi pemberontakan itu. Seusai pemberontakan itu, tak lama kemudian, Jenderal Prancis Kleber dibunuh siswa Al-Azhar bernama Sulaiman al-Halabi pada 14 Juni 1800.

photo
Kota tua Kairo, Mesir. - (nationalgeographic.com)

3. Mauritania

Prancis masuk ke Mauritania pada abad ke-20, yaitu pada 1903, dan menjadikan Mauritania sebagai negara proktetorat Prancis dengan nama 'The Moorish Country', dan akhirnya dijadikan koloni Prancis pada 1920. Sebelum abad ke-19, penjajah Eropa di Afrika Barat hanya tertarik pada perdagangan di pesisir.

Empat perusahaan Prancis menikmati monopoli resmi dari pemerintah Prancis atas perdagangan di sepanjang Sungai Senegal dari 1659 hingga 1798. Pada 1904 Prancis menganggap Mauritania sebagai entitas yang terpisah dari Senegal dan menjadikannya daerah jajahan Prancis di bawah delegasi jenderal di Saint-Louis.

Pada 1958, Mauritania diberi kewenangan untuk membentuk pemerintahan sendiri dan diikuti dengan kemerdekaan pada 28 November 1960. Mauritania merupakan Republik Islam yang mendeklarasikan Islam sebagai agama negara melalui Piagam Konstitusi 1985.

Meski terbilang negara kecil, Mauritania secara aktif ikut terlibat dalam kancah internasional. Mauritania merupakan negara anggota Liga Arab. Selain itu Mauritania juga membentuk The Union of The Arab Maghreb bersama Maroko, Libya, Tunisia dan Aljazair. Organisasi ini bergerak dalam bidang politik dan ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement