Gupta juga menyorot adanya ketegangan yang belum terselesaikan di antara populasi dan bangsa Muslim antara nasionalisme dan pan-nasionalisme. Fakta menariknya adalah, lebih banyak perang yang terjadi antara Muslim dan negara Muslim dibandingkan dengan yang lain.
"Perang Iran-Irak adalah yang terlama, sejumlah besar negara Islam bergabung dengan koalisi melawan Saddam di bawah Amerika Serikat, dimana Muslim hanya membunuh Muslim lainnya," tulisnya.
"Ironi terbrutal tentang pan-Islamisme adalah teror multi-nasional oleh Alqaeda dan ISIS yang benar-benar merupakan organisasi pan-Islam yang kebanyakan justru menargetkan negara-negara Muslim," sambungnya.
Terdapat batas-batas negara yang memisahkan populasi dan kekayaan Muslim. Sebagian besar populasi, di Asia dan Afrika, hidup dalam ekonomi yang miskin, sementara negara-negara terkaya di dunia, Teluk Arab, memiliki populasi yang relatif kecil. Meski begitu, mereka tidak akan mendistribusikan kekayaan mereka secara merata kepada yang lain dalam semangat pan-Islamisme.
Selain itu, karena defisit demokrasi, kebanyakan negara Islam tidak bisa memprotes, mengungkapkan kebencian mereka terhadap rezim yang berkuasa. Dimana pilihan untuk meneriakkan protes akhirnya terbungkam untuk menghindari risiko dipenjara atau bahkan dibunuh.
Sebagai contoh, merujuk pada pembunuhan Samuel Paty di Prancis. Pembunuhnya adalah Abdoullakh Anzorov, 18 tahun dari keluarga pengungsi Chechnya. Chechnya adalah republik Rusia kecil di Kaukasus Utara dengan lebih dari satu juta orang, 95 persen dari mereka Muslim. Rusia menundukkan pemberontakan separatis mereka setelah dua perang brutal. Tapi, pada saat 'keadaan normal' datang, setengah dari populasi kecil itu tinggal di kamp pengungsian. Banyak yang mencari kehidupan yang lebih baik di negara demokrasi Barat, begitu juga dengan keluarga remaja pembunuh bayaran ini.
"Pan-Islamisme menyebabkan kematian, kehancuran, dan kemelaratan massal orang-orang Chechnya. Puluhan ribu melarikan diri ke demokrasi liberal demi keamanan, kehidupan yang lebih baik, dan perdamaian," tulis Gupta.
"Mereka juga menginginkan kepatuhan dengan nilai-nilai sosial dan agama mereka di sana. Untuk memutuskan apa yang dapat digambar kartunis dan diajarkan seorang guru. Renungkan hal ini dan diskusikan apakah ini masuk akal atau tidak," pungkasnya.
Sumber: https://theprint.in/national-interest/5-reasons-for-the-crisis-in-global-islam/534270/