REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemimpin Gerakan Kebijaksanaan Nasional Irak Seyyed Ammar Hakim menganggap kontroversi karikatur Nabi Muhammad yang diklaim melecehkan Muslim menjadi momen memperkenalkan Islam sekaligus membersihkan citra Islam dari stigma negatif yang dibawa para ekstremis. Kontroversi tersebut juga dinilainya memperkuat solidaritas negara-negara Muslim.
"Menyatukan pandangan dalam setiap kampanye adalah dasar untuk sukses karena tanpa solidaritas tidak ada kekuatan," ujarnya yang dikutip di ABNA, Ahad (1/11).
Ulama terkemuka Irak itu menyebut umat Muslim sebagai bangsa dengan potensi kreativitas, kecerdasan dan efisiensi yang cukup. Dia mengatakan, "Kita harus membentuk panitia untuk melanjutkan diskusi di Konferensi Persatuan Islam dan mencapai hasil yang jelas."
Ulama senior Irak itu juga meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Forum Dunia untuk Kedekatan Sekolah Pemikiran Islam dan badan-badan lain di dunia Islam, untuk merencanakan peran yang efektif dalam peningkatan hubungan antara negara-negara Muslim dan bergerak menuju perwujudan fundamental. Seyyed Ammar Hakim juga menyinggung isu Palestina sebagai krisis terdepan dalam dunia Islam.
Dia mengatakan masalah tersebut tidak akan terpinggirkan sepanjang waktu. Dia berkata menyalahgunakan keadaan untuk mempromosikan normalisasi hubungan dengan Israel adalah investasi yang sia-sia. Di sisi lain, dia mengutuk pencetakan ulang kartun tercela Nabi Muhammad (SAW) di majalah Prancis.
"Menghina kesucian Islam tidak bisa disebut pandangan atau kebebasan berekspresi karena kebebasan tidak ada artinya bila bertentangan dengan kepentingan masyarakat apalagi kesucian dan keyakinan dari hampir dua miliar Muslim di seluruh dunia," ujarnya.