REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Adian Husaini menyerukan kepada umat Islam, khususnya kepada jamaah Dewan Dakwah untuk memboikot produk-produk buatan Prancis. Pasalnya, Presiden Prancis Emmanual Macorn dan kaum Islamofobia di Prancis telah melecehkan Islam dan menghina Nabi Muhammad Saw.
“Sebaiknya kita ikut menghindarkan diri membeli produk-produk buatan Perancis,” ujar Adian dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (30/10).
Dia pun mengimbau agar umat Islam Indonesia membeli produk yang halal dan baik yang diproduksi umat Islam sendiri, sehingga perekonomian umat Islam bisa lebih maju. “Alihkan membeli produk yang halal dan baik, yang diproduksi oleh umat Islam atau oleh pihak-pihak yang tidak melecehkan ajaran Islam dan tidak memusuhi umat Islam,” ucapnya.
Sebelumnya Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan kontroversial dalam upaya mengatasi apa yang disebutnya dengan 'separatisme Islam'. Selain itu, Macron juga menyebut Islam berada dalam krisis di seluruh dunia dan menyatakan akan membebaskan Islam di Prancis dari pengaruh asing.
Hal ini bertepatan dengan langkah provokatif oleh Charlie Hebdo, majalah Prancis sayap kiri yang terkenal karena menerbitkan karikatur anti-Islam, yang telah menimbulkan kemarahan di seluruh dunia Muslim. Karikatur tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 2006 oleh surat kabar Denmark Jylllands Posten, yang memicu gelombang protes.
Hal itu pun memicu kemarahan dunia Islam hingga sejumlah negara memutuskan untuk memboikot produk-produk Prancis. Dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Nayef al-Hajraf menggambarkan pernyataan Macron terhadap Islam tersebut tidak bertanggung jawab dan telah menyebarkan budaya kebencian di antara masyarakat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Dhaifallah Fayez juga menyuarakan kecaman negaranya atas penerbitan ulang kartun nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo atas klaim kebebasan berekspresi.
“Praktik-praktik semacam itu melukai sentimen sekitar 2 miliar Muslim dan merupakan serangan terhadap simbol-simbol agama, kepercayaan, dan kesucian,” katanya, sambil memperingatkan bahwa praktik semacam itu memicu budaya ekstremisme dan kekerasan.