REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Ratusan orang berkumpul di dekat Konsulat Prancis di kota terbesar Pakistan, Karachi, Rabu (28/10) untuk memrotes meningkatnya gelombang Islamofobia di negara Eropa itu.
Pendukung Jamaat-e-Islami (JI) dengan keras mengecam pernyataan anti-Islam Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan karikatur menghina Nabi Muhammad yang dipublikasikan di Prancis.
Dilansir dari laman Anadolu Agency pada Kamis (29/10), Mereka membawa spanduk dan plakat dengan pesan seperti "Ganyang Charlie Hebdo", "Ganggu Prancis", dan "Penistaan Nabi Muhammad tidak bisa diterima" saat mereka berbaris menuju konsulat Prancis di kota kelas atas Clifton di Karachi.
Dalam beberapa pekan terakhir, Macron telah menyerang Islam dan komunitas Muslim, menuduh Muslim di Prancis melakukan separatisme pdan menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.
Di samping itu, majalah satir Prancis yang terkenal karena mencetak karikatur anti-Islam, Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun yang menghina Islam dan Nabi Muhammad awal tahun ini.
Kontingen polisi memblokir jalan di dekatnya dengan barikade, dan menghentikan pengunjuk rasa sekitar 200 meter (656 kaki) dari Konsulat Prancis yang dijaga ketat.
Juru bicara JI, Zahid Askari menuduh pasukan keamanan memblokir beberapa jalan kota untuk membatasi demonstrasi. Akan tetapi lebih dari 1.000 orang masih berhasil berkumpul di dekat gedung.
Setelah pembicaraan antara pengunjuk rasa dan pemerintah daerah, anggota parlemen JI, Syed Abdul Rasheed diizinkan untuk menyerahkan surat dengan tuntutan kepada pejabat konsulat.
Dokumen tersebut menyampaikan kemarahan warga Pakistan atas tindakan baru-baru ini untuk memproyeksikan karikatur Nabi Muhammad yang menghujat di gedung-gedung pemerintah Prancis. Itu terjadi pada 21 Oktober sebagai bagian dari penghormatan kepada guru, Samuel Paty. Guru tersebut dipenggal kepalanya di pinggiran kota Paris awal bulan ini setelah menunjukkan kartun di kelas selama diskusi tentang kebebasan berbicara.
"Kami tidak bisa menerima serangan terhadap Islam dan Nabi Muhammad dengan kedok kebebasan berbicara. Ini tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara," kata ketua JI Karachi Hafiz Naeem-ur-Rehman.
"Ini hanyalah kampanye kotor yang merupakan bagian dari gelombang pasang Islamofobia di dunia Barat, terutama Eropa," lanjutnya.
Dia mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan semua pemimpin dunia Muslim untuk mengambil sikap bersama dan kuat terhadap Prancis dan negara-negara lain yang bersalah atas tindakan tersebut. Rehman juga menuntut pengusiran duta besar Prancis untuk Pakistan.