Rabu 28 Oct 2020 05:59 WIB

Cara Lengkapi Keberkahan Hidup yang Diajarkan Rasulullah SAW

Keberkahan hidup terletak pada menebar manfaat pada dhuafa.

Keberkahan hidup terletak pada menebar manfaat pada dhuafa. Ilustrasi sedekah
Foto:

Agama, dengan segenap spirit kamanusiaannya, lahir untuk menata kehidupan agar lebih berkeadilan. Karena itu, begitu banyak nabi dan utusan Tuhan harus menyabung nyawa demi tegaknya keadilan agar tercapai masyarakat yang takwa. Simaklah perjuangan beberapa nabi dalam lintasan sejarah. 

Nyaris semua nabi adalah pejuang revolusioner. Rata-rata mereka mengawali pengenalan misi ketuhanan dari tengah-tengah rakyat mustadh'afin alias kelompok yang dilemahkan oleh sistem. Misi ketuhanan diejawantahkan dalam misi kenabian. Misi kenabian harus dimanifestasikan dalam misi kemanusiaan yang sejati.

Sejarah menunjukkan, betapa keras dan revolusionernya perjuangan Nabi Muhammad. Baginda Rasul adalah penggembala kecil yang terus "konsisten" menjadi buruh hingga hari tuanya. Beliau bangga hidup di tengah orang miskin hingga detik-detik terakhir kehidupannya. Karena pilihannya sebagai nabi yang hamba-nabiyyan 'abdan-bukan sebagai nabi yang raja, maka beliau mampu menjelma pembela sejati bagi kaum tertindas. Atau, sebutlah beberapa nama nabi dan rasul yang berasal dari strata paling bawah dalam piramida sosial.

Di antara begitu banyak penyebab hilangnya keberkahan hidup, kemiskinan absolut-extreme poverty-juga diduga sebagai salah satu yang membuat hidup menjadi absurd. Tentu absurd bagi kita yang awam dalam memahami ajaran agama. 

Di satu sisi, kita kerap menemukan ajaran agama yang menyebutkan orang-orang miskin akan memasuki gerbang surga Tuhan 500 tahun sebelum kedatangan mereka yang kaya, sementara banyak keterangan lain juga menyebut kemiskinan sebagai situasi yang harus dijauhi.

photo
Sedekah (ilustrasi) - (REPUBLIKA)

Begitu menakutkannya kemiskinan dan kefakiran, hingga Baginda Rasul mewanti-wanti umat Islam dengan sebuah doa yang beliau ajarkan: 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran." (HR Abu Dawud). Kisah Tsa'labah bin Khatib al-Anshori merupakan contoh monumental yang menjalar dari mulut ke mulut di kalangan kita, umat Islam. 

Begitu fakirnya Tsa'labah, demikian diceritakan, beliau harus buru-buru meninggalkan masjid hanya setelah Rasulullah mengucapkan salam penutup shalat. Alasannya, ingin berbagi pakaian dengan istrinya agar dapat sholat pada kesempatan pertama.

Karena ketergesaannya meninggalkan majelis Rasul itu, beberapa sahabat curiga Tsa'labah termasuk kelompok munafik. Kemiskinan dan kefakiran benar-benar telah menjelma sebagai salah satu situasi yang paling menakutkan anak cucu Adam. Begitu menakutkannya kemiskinan dan kefakiran, setan pun kerap menggoda dan menggelincirkan manusia ke jurang kenistaan dan kemiskinan. 

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ "As-syaithaanu ya'idukumul faqro-setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan…" (QS al-Baqarah [2]: 268).

Karena kemiskinan amat potensial menyebabkan seseorang mengingkari keadilan Allah, kini penting dipikirkan kembali memetakan pola pendekatan agama terhadap orang-orang yang tak berdaya ini. Kelompok ini wajib diselamatkan agar benar-benar tidak terjatuh ke lembah kekufuran. "Kaadal Faqru an Yakuuna Kufron-nyaris kefakiran menyebabkan kekufuran." Pernyataan di atas merupakan penegasan betapa bahayanya kefakiran dan kemiskinan.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement