Selasa 27 Oct 2020 22:00 WIB

Pembiaran Iblis yang Justru Menyakitkan Baginya Kelak

Allah SWT membiarkan Iblis sebagai bentuk dari istidraj

Allah SWT membiarkan Iblis sebagai bentuk dari istidraj Ilustrasi iblis. Ilustrasi Neraka
Foto: Pixabay
Allah SWT membiarkan Iblis sebagai bentuk dari istidraj Ilustrasi iblis. Ilustrasi Neraka

REPUBLIKA.CO.ID,  Dalam sejarah kehidupan keagamaan manusia, terdapat begitu banyak contoh para pelaku kesesatan akibat tidak menyadari atau mengabaikan peringatan Allah SWT. Iblis berada di garda terdepan.

Menurut Sayyidina Ali karramallahu wajhah, iblis kurang lebih 6.000 tahun beribadah kepada Allah. Namun, ketika ia menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, di situlah istidraj terjadi. 

Baca Juga

Ia menolak karena dirinya diciptakan dari api, sementara Nabi Adam cuma dari segumpal tanah yang hina. Hanya sekali tidak bersujud, iblis terhempas dalam kutukan sepanjang masa.  

Iblis sampai sekarang masih menderita karena istidraj. Kalau karena sekali saja iblis mengabaikan perintah Allah dan terkena akibat istidraj sepanjang hidupnya, lalu berapa kalikah kita sudah melakukan pelanggaran sehingga selalu merasa aman dengan kemungkinan terkena istidraj? 

 Hanya kejernihan hati, ketajaman spiritual, keheningan jiwa, dan kepekaan sosial yang akan membuat kita waspada terhadap kemungkinan terjadinya istidraj. Istidraj adalah sebuah timbangan, alat ukur paling menakjubkan agar kita tidak terjerembap dalam dosa-dosa yang kita tidak sadar telah melakukannya.

Hancur selangkah demi selangkah, maksudnya adalah tergelincir ke jurang yang tanpa jalan keluar. Pencabutan nikmat-Nya bisa terjadi dengan serta-merta dan jelas atau bisa juga secara tidak kentara dan tampak sebagai berlanjutnya pemberian nikmat, tapi secara perlahan mendorong ke jurang yang licin.  

Betapa banyak pendosa telah melakukan penyimpangan sedangkan kemurahan-Nya masih terus tercurahkan sampai terjadi kehancuran besar. Ibnu ‘Athoillah, pengarang Al-Hikam yang tersohor, mengatakan, istidraj seharusnya membuat kita takut. Ibnu Athaillah, mengatakan:  

خف من وجود إحسانه إليك ودوام إساءتك معه أن يكون ذلك استدراجاً لك “Khaf min wujudi ihsanihi Ilayka wa dawami isa`atika ma'ahu an yakuna dzalika istidrajan laka.”

“Takutlah bila kebaikan Allah SWT selalu engkau peroleh saat engkau tetap berbuat maksiat kepada-Nya, lambat laun itu akan menghancurkanmu.”  

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement