REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dewan Kepercayaan Muslim Prancis (CFCM) mengatakan tidak ada penganiayaan terhadap umat muslim di Prancis. Pernyataan ini menanggapi seruan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk menghentikan agenda anti-Islam yang serukan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron. CFCM bertindak sebagai perantara resmi bagi negara dan muslim Prancis.
"Prancis adalah negara besar, warga Muslim tidak dianiaya, mereka dengan bebas membangun masjid mereka dan menjalankan agama mereka dengan bebas," kata dewan tersebut dilansir dari English Alarabiya, Selasa (27/10).
Macron telah bersumpah untuk melawan kelompok muslim yang ia sebut sebagai separatisme Islam. Melalui RUU yang sedang ia gagas, Macron akan menindak lebih keras kepada kelompok separatisme tersebut di negaranya.
Perang melawan kaum radikal Islam semakin ia tegaskan setelah peristiwa pemenggalan seorang guru di Paris. Guru yang menampilkan kartun Nabi Muhammad di hadapan para siswa di kelasnya sebagai materi kebebasan berekspresi.
Erdogan pada hari Senin (26/10), meminta warga Turki untuk memboikot semua barang berlabel Prancis. Erdogan juga menyatakan bahwa umat muslim di Eropa menjadi sasaran kampanye lynch, seperti orang Yahudi sebelum Perang Dunia II dan menuduh beberapa pemimpin Barat menyulut dan menghidupkan Islamofobia.
Erdogan bahkan menyindir kesehatan Macron yang terus memiliki masalah dengan Muslim. Erdogan menyebutkan bahwa Macron membutuhkan pemeriksaan kesehatan mental.