Senin 26 Oct 2020 17:25 WIB

Islam di Bosnia, Pernah Terapkan Syariah Islam Lalu Sekuler

Islam di Bosnia kini dipengaruhi dengan sekularisme yang sangat kuat.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Islam di Bosnia kini dipengaruhi dengan sekularisme yang sangat kuat. Ilustrasi umat Islam Bosnia.

Sementara itu Dosen Fakultas Studi Islam Universitas Sarajevo, Ahmet Alibasic mengatakan tidak ada pergerakan Muslim Bosnia ke arah tertentu, karena mereka terputus dari dunia Muslim selama beberapa dekade.

Selama Kekaisaran Yugoslavia dan periode Komunis, mereka telah belajar untuk mandiri, dan telah mengembangkan sistem pendidikannya sendiri hingga menghasilkan pendekatan Islam tertentu untuk belajar. 

Muslim Bosnia mungkin tidak memiliki kepentingan strategis, tetapi mereka punya sesuatu yang simbolis. Sarajevo adalah kata yang beresonansi dengan banyak orang, karena tragedi dan pertempuran yang terjadi di sana.

Kaum Salafi, kata Alibasic, tetap menjadi tantangan, tetapi Muslim Bosnia juga prihatin dengan para sufi dan Syiah. Muslim Bosnia memiliki masalah dengan para sufi jika sufi hanya mendengarkan syekh mereka dan tidak menerima otoritas komunitas.

Seorang imam tidak diizinkan untuk mengubah masjid menjadi tempat pribadi untuk persaudaraannya. Inilah sebabnya mengapa beberapa sidang di akar rumput memisahkan diri. 

photo
Muslim melakukan shalat dengan aturan jarak sosial pada malam yang diyakini sebagai Lailatul Qadar, salah satu malam paling suci bagi Muslim, di Masjid Gazi Husrev-beg di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina pada 20 Mei 2020. - (Anadolu/Mustafa Öztürk)

Lebih jauh, Alibasic juga bicara soal Wahabisme. Dia mengatakan, banyak orang tidak mengerti bahwa setiap dekan di fakultas ini, bahkan seorang modernis, diwajibkan untuk mengakui ijazah dari Arab Saudi jika memenuhi kriteria formal. Fakultas masih diharapkan untuk memeriksa kualifikasi dari lembaga asing.

"Jika ada Muslim Wahabi datang kepada kami dengan diploma yang sesuai dengan fakultas kami dalam hal mata pelajaran dan ruang lingkup studi, maka dia memiliki hak untuk bekerja di Bosnia. Itu adalah pluralisme Islam," ungkapnya. 

Dalam kondisi itu, tentu ada kelompok di akar rumput yang menolaknya, misalnya dengan menyampaikan keengganan menjadikan orang itu sebagai imam. "Tetapi kita tidak bisa memaksakan sendiri larangan itu," katanya.  

Alibasic menyampaikan pandangannya tentang kehadiran Iran di Bosnia. Baginya, hal itu terutama karena adanya Syi'isme. "Ini sangat emosional dan penuh dengan kisah-kisah para korban. Orang Bosnia memiliki kelemahan untuk itu. Karena kita sendiri sudah sangat menderita, dan kita terbiasa dengan ketidakadilan," imbuhnya.

 

Untuk sementara, terang Alibasic, beberapa intelektual mengambil posisi yang dipengaruhi Iran pada konflik Suriah. Namun sekarang mereka mencoba mundur. Secara umum, dia melihat lebih banyak pengaruh agama daripada pengaruh politik. Tetapi secara politis, Iran terlalu jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement