Kamis 22 Oct 2020 19:49 WIB

Santri Meniru Figur Sang Kiai

Santri memiliki nilai-nilai yang melekat.

Santri Meniru Figur Sang Kiai. Ilustrasi Santri
Foto:

Kesetaraan

Dalam hal kesetaraan, pesantren mengajarkan bahwa setiap orang berhak memperoleh pendidikan dan pelayanan yang sama. Semua diperlakukan sama tanpa memandang asal daerah, status sosial, ekonomi dan latar belakangnya. Islam menghendaki kesetaraan antar sesama makhluk hidup. Allah tidak menganggap seseorang lebih mulia dari pada yang lain. Barometer kualitas manusia diukur dengan kadar ketakwaannya (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13). Perbedaan status sosial bukan sebuah perbedaan yang esensial.

Toleransi

Toleransi dan non-kekerasan lahir dari sikap menghargai diri (self-esteem) yang tinggi. Kuncinya ada pada bagaimana semua pihak mempresepsikan dirinya dan orang lain.  Sehingga mengakui perbedaan adalah akar tumbuhnya toleransi. Namun tidak cukup hanya pengakuan terhadap kemajemukan masyarakat, penting juga disertai dengan sikap positif demi terciptanya kerukunan. Sehingga sikap toleransi pada dasarnya adalah mendamaikan perbedaan untuk saling mengakui dan menghormati identitas, perilaku dan kepentingan masing-masing. Kerukunan merupakan sikap yang berasal dari lubuk hati, terpancar dari kemauan untuk berinteraksi sebagai manusia tanpa tekanan dari pihak manapun. Dokrin toleransi dan saling menghargai dalam Al-Qur’an terdapat dalam Surat Al-Hujurat (49): 11-13.

Dialog

Salah satu jalan mencapai kesepahaman ditengah pluralitas adalah dengan dialog konstruktif dengan cara yang ramah dan santun sehingga posisi masing-masing menjadi jelas. Dalam dialog, semangat yang dicari adalah common values and strenghts, bukan untuk menjatuhkan lawan dan merasa paling benar. Dialog berangkat dari ketulusan dan kepala dingin dari masing-masing individu untuk menyelesaikan masalah.. Sudah semestinya para santri memiliki karakter saling berdialog. Sebab, dialog tidak sekedar mengumpulkan unsur-unsur persamaan doktriner, tradisi dan semangat. Dialog perlu melibatkan semua unsur perbedaan yang otentik. Dialog berbasis persamaan memang perlu, tetapi membicarakan perbedaan dengan sikap saling menghargai dan komitmen yang tulus juga perlu dilakukan. 

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/10/22/santri-meniru-figur-sang-kiai/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement