Rabu 21 Oct 2020 13:49 WIB

Erdogan: Istilah 'Islam Prancis' adalah Serangan pada Muslim

Erdogan mengkritik inisiatif Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk reformasi Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Erdogan: Istilah 'Islam Prancis' adalah Serangan pada Muslim. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto:

Prancis memiliki minoritas Muslim terbesar di Eropa, yang diperkirakan mencapai lima juta atau lebih dari populasi 67 juta orang. Prancis menjadi tempat dimana agama dan simbol keagamaan yang digunakan di tempat umum menjadi bahan kontroversi.

Selama bertahun-tahun, kelompok hak asasi berpendapat undang-undang sekuler Prancis menumbuhkan kebencian anti-Muslim dan mendiskriminasi wanita Muslim. Prancis melarang anak sekolah mengenakan pakaian yang khas secara agama pada 2004, menyusul kontroversi mengenai siswi Muslim yang mengenakan jilbab.

Negara ini juga menjadi negara pertama di Eropa yang melarang cadar, seperti burqa dan niqab, di tempat umum pada 2010. Pada 2014, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa mendukung larangan tersebut, nemun mereka mengatakan undang-undang tersebut dapat terlihat berlebihan dan mendorong stereotip.

Prancis juga terlibat dalam perselisihan tentang larangan burkini, pakaian renang yang membalut seluruh tubuh yang dikenakan wanita Muslim di resor di sekitar Riviera. Erdogan juga menyoroti kebutuhan Muslim mengesampingkan perbedaan dan fokus pada masalah bersama untuk menyelesaikan masalah kritis yang telah menghancurkan negara-negara Muslim. Erdogan lantas mengkritik konsep Islam Eropa yang baru dibentuk karena berusaha menutup suara rakyat.

"Umat Muslim dapat mengesampingkan perbedaan pendapat mereka dan mencoba menghasilkan solusi dengan memanfaatkan konsep konsultasi," kata Erdogan.

Dia berpendapat umat Islam dapat dengan mudah mengatasi masalah mereka dengan fokus pada kesamaan dan masalah bersama daripada perbedaan. Hampir 1.000 Muslim terbunuh setiap hari akibat terorisme atau kekerasan secara global.

Karena itu, Erdogan mengatakan konsep seperti rasialisme, nasionalisme, sektarianisme, dan terorisme menghancurkan Islam dari dalam. Namun demikian, ia menegaskan Turki tidak akan membiarkan imperialis memecah belah Islam dengan menggunakan label Sunni-Syiah, hitam-putih, Turki-Kurdi dan Arab-Persia.

"Umat agama yang memandang membunuh satu orang sama dengan membunuh manusia secara keseluruhan tidak dapat melakukan pembantaian apa pun," ujarnya.

Dalam Islam, keutamaan terletak pada kedekatan dengan Allah dan bukan pada kekayaan atau ras. Karena itu, Erdogan mengatakan debat politik sehari-hari tidak boleh menutupi solidaritas komunitas Muslim.

 

"Jika orang tidak memenuhi kebutuhan agamanya dari sumber yang kredibel, mereka akan terjebak dalam kelompok bidat yang tidak ada hubungannya dengan Islam, seperti Daesh, FETO (Gulenist Terror Group), al-Shabaab dan Boko Haram," katanya. 

https://www.dailysabah.com/politics/diplomacy/erdogan-macron-aims-to-settle-old-scores-with-islam-muslims

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement