Jumat 16 Oct 2020 22:43 WIB

Dorong Ketahanan Pangan, PBNU: Jangan Anak Tirikan Petani

Pemerintah di level manapun harus memperhatikan petani.

Pemerintah di level manapun harus memperhatikan petani. Ilustrasi petani
Foto:

Deputi Bidang Edukasi Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG RI, Myrna Asnawati Safitri mengatakan, komitmen BRG untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia tak hanya saat Pandemi Covid-19. Sejak 2016 lalu, BRG telah bekerja bersama para petani di perdesaan gambut dalam rangka merevitalisasi perekonomian masyarakat.   

Tujuan utama program revitalisasi tersebut agar pemulihan lahan gambut yang rusak dapat diwujudkan. BRG, kata Myrna, mendorong ketahanan pangan melalui program Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) yang rutin digelar di 590 Desa Peduli Gambut (DPG). DPG merupakan desa-desa yang menjadi target restorasi BRG di 7 provinsi di Indonesia.   

“Dari kegiatan SLPG itu kami telah memiliki 1.019 petani yang terlibat, 20 persen di antaranya perempuan. Sudah ada 265 demplot pertanian alami tanpa bakar yang dikembangkan,” kata Myrna.   

Dia menambahkan, para petani membangun demplot di desanya masing-masing. Setelah ditatar oleh BRG para petani mengujicobakan berbagai jenis tanaman yang cocok di lahan gambut. Sebagian besar preferensi yang mereka gunakan adalah tanaman pangan. Tanaman pangan dipilih karena lebih menjadi kebutuhan dasar masyarakat dan prosesnya lebih cepat.  

“Bagi kami di BRG persoalan pangan untuk para petani telah kami perhatikan sejak awal adanya DPG. Ada beberapa hal yang kami lakukan. Di desa yang menjadi target restorasi kami menjalankan program pendampingan. Kemudian penguatan partisipasi melalui  SLPG dan melakukan revitalisasi mata pencaharian masyarakat diantaranya dengan memberikan bantuan ekonomi,” tuturnya.   

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian RI, Kuntoro Boga Andri, yang menjadi narasumber pada diskusi itu mengatakan, sejak hadirnya Pandemi Covid-19 di Indonesia, Kementerian Pertanian telah mensiasatinya melalui penguatan program emergensi untuk menjaga harga pangan.   

Andri Boga menambahkan, program darurat yang dilakukan Kementan RI antara lain menjaga stabilitas harga pangan, membangun buffer stock pangan di daerah padat karya pertanian, meluncurkan ATM beras atau social safety net, memfasilitasi pembiayaan KUR dan asuransi pertanian serta memperluas akses pasar dengan cara mengembangkan toko tani dan usaha kemitraan.  

photo
Petani tengah melakukan panen, (ilustrasi). - (FAO)

“Tak hanya program darurat, kami juga tetap menjalankan program jangka menengah misalnya padat karya lanjutan pasca Covid-19, diverifikasi pangan lokal, supporting daerah-daerah defisit, antisipasi kekeringan, menjaga semangat kerja pertanian melalui bantuan, mendorong kelancaran distribusi pangan, dan memperkuat ekspor pertanian,” kata dia.  

Dukungan mewujudkan ketahanan pangan di tengah pandemi dilakukan Kementan RI dengan memprioritaskan program unggulan yang dinilai bisa mendorong realisasi ketahanan pangan nasional secara cepat.  

Andri Boga optimis Indonesia dapat bertahan di tengah derasnya ancaman Pandemi Covid-19. Kata dia, stok pangan masih terhitung aman, stok Desember 2019 mencapai 5,4 juta ton. Belum lagi produksi Januari sampai Juni 2020 yang mencapai 17,06 juta ton. Jika ditambahkan antara produksi dan stok maka ada 23 juta ton. Sementara stok Juni 2020 7,87  ton. Sedangkan stok untuk Desember 2020 diperkirakan mencapai 7,1 juta ton.  

 

Diskusi Daring oleh NU Online dan BRG semata untuk mengisi agenda Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tahun pada 16 Oktober. Hari pangan ditetapkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui negara-negara anggota FAO pada konferensi umum ke-20 bulan November 1979.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement