Rabu 07 Oct 2020 08:00 WIB

Pesan dan Kriteria Mencari Teman Menurut Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali memberikan pedoman cara mencari teman.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Al-Ghazali memberikan pedoman cara mencari teman. Berteman/ilustrasi
Foto:

Allah SWT berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 28: 

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

"Dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya  dan adalah keadaannya itu melewati batas.."

Menurut Imam Ghazali watak dan tabiat seseorang dapat dipengaruhi karakter orang lain tanpa disadari. Demikian pula berteman dengan ahli bidah, tidak ada faedahnya.  

Terkait akhlak mulia, Alqamah, telah menghimpunnya dalam wasiat yang dia sampaikan kepada anaknya pada detik-detik menghembuskan nafas terakhir. 

Alqamah, mengatakan, "Wahai anakku jika terlintas dalam hatimu keinginan untuk bersahabat dengan seseorang, maka berkawanlah dengan orang yang menjagamu ketika kamu melayaninya, yang memperindahmu apabila kamu berteman dengannya, dan yang membiayaimu jika kamu membutuhkan biaya! Bertemanlah dengan orang yang ketika kamu mengeluarkan tangan kebaikan maka dia menyambutnya, Jika dia melihat satu kebaikan pada dirimu maka dia mengapresiasinya. Dan bila dia melihat satu keburukan pada dirimu maka dia menutupinya! Bertemanlah dengan orang-orang yang memberimu ketika kamu memintanya, Yang mengajak bicara saat kamu diam. Dan yang melipurmu aewaktu kamu tertimpa musibah! 

Berkawanlah dengan orang yang membenarkan ucapanmu. Jika kamu bicara, dia mendukungmu. Bila kamu berusaha dan yang mengalah jika kalian berdua berselisih!"

Ali bin Abi Thalib RA juga berkata, "Sahabat sejati ialah dia yang selalu bersamamu. Yang rela berkorban demi dapat menolongmu. Dan orang yang senantiasa berdiri di dekatmu, apabila masa kacau datang menghantam." 

Imam Al-Ghazali mengisahkan, pada masa generasi salaf ada seseorang selalu mengunjungi keluarga dan anak-anak sahabatnya yang telah meninggal 40 tahun lalu. Dia senantiasa memenuhi kebutuhan mereka, mendatangi mereka setiap hari dan membiayai mereka dengan hartanya sendiri.

Hingga keluarga itu merasa hanya kehilangan fisik ayah mereka saja. Bahkan mereka melihat pada diri sahabat ayahnya itu sesuatu yang tidak ada pada diri ayah mereka semasa hidupnya. Lebih baik lagi apabila orang yang akan dijadikan teman itu selain memiliki sifat warok, juga adalah orang yang alim supaya dia dapat mengambil manfaat dari ilmu. 

 

Luqman pernah mengatakan, "Wahai anakku, bertemanlah dengan ulama dan merapat lah ke mereka dengan kedua lutut! Karena hati senantiasa hidup dengan hikmah sebagaimana tanah tandus kembali segar dengan curahan air hujan." 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement