REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan data, jumlah umat Muslim di Kamerun saat ini sekitar 22 persen dari populasi sebanyak 17,2 juta jiwa. Adapun penganut Katolik dan Animisme masing-masing berjumlah 27 persen dan 18 persen lagi merupakan penganut Protestan.
Seperti disebutkan David Grim, peneliti senior bidang agama dan kerja sama internasional di Pew Forum in Religion and Public Life, kedua agama (Islam dan Nasrani) sedang mengalami pertumbuhan pesat di Afrika.
Dulu, hanya satu dari 10 orang di sub-Sahara Afrika adalah penganut Nasrani. Kini, jumlahnya hampir enam dari 10 orang. ''Begitu pula umat Islam, jika pada awal abad 20 jumlahnya baru sekitar 14 persen dari populasi, saat ini sudah mencakup 20-30 persen,'' tegasnya.
Maka itu, sangatlah penting agar setiap pemeluk agama dapat memelihara toleransi di antara mereka. ''Sejauh ini, Kamerun telah berhasil memenuhi harapan itu,'' paparnya bangga.
Hal ini dipertegas oleh Krisztof Zielenda, yang saat itu menjabat direktur Institut Saint Joseph Mukasa Institute, Yoaunde. Dia melihat, selama ini umat beragama di Kamerun dapat hidup berdampingan secara damai dan penuh harmoni.
Menurutnya, selain sikap toleransi yang memang telah tertanam sejak lama, situasi kondusif itu juga ditopang oleh kebijakan pemerintah yang dirasakan sangat akomodatif, termasuk telah tercantum dalam undang-undang negara.
''Kerja sama antaragama terpelihara dengan baik. Ini antara lain karena pemerintah amat memberikan perhatian,'' papar Zielanda.
Dia lantas mencontohkan, pada 2004, pernah hampir terjadi gesekan antara pemuda Islam dan Nasrani di wilayah utara. Akan tetapi, segera seluruh pejabat pemerintah turun tangan meredam gejolak tersebut yang pada akhirnya mampu mendamaikan kedua pihak.
''Saat itu, para tokoh agama, baik Islam, Katolik, maupun Protestan, dipertemukan dan difasilitasi pemerintah. Di situ, kita sepakat untuk turun ke masyarakat dan menyosialisasikan pesan-pesan damai dalam agama,'' terangnya.
Kondisi damai memang tercipta. Meski demikian, bukan berarti kewajiban umat Islam telah selesai. Masih ada tugas lain yang lebih berat, yakni bagaimana meningkatkan taraf kehidupan agar menjadi lebih baik, khususnya dalam distribusi kesejahteraan.
Bukan rahasia lagi, negara berpenduduk sekitar 16 juta jiwa itu masih menghadapi tantangan untuk dapat keluar dari masalah kemiskinan yang menimpa sebagian warganya. Hal itu telah berlangsung lama, dimulai oleh praktik eksploitasi sumber daya manusia dan alam oleh kaum kolonial di masa lalu.
Bahkan, hingga kemerdekaan penuh diraih tahun 1973, negara di kawasan barat Afrika itu masih harus berjuang keras mengatasi problem itu. Dibanding negara lainnya di kawasan tersebut, Kamerun tergolong negara dengan sumber daya alam melimpah.
Tak terkecuali dengan umat Muslim. Mereka kebanyakan tinggal di kawasan utara dan sebagian hidup kekurangan. Akan tetapi, umat senantiasa berupaya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebodohan tersebut.
Selain aspek ekonomi, salah satu yang kini terus dikembangkan adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas bidang pendidikan. Ini mengingat telah muncul kesadaran bahwa di antara penyebab maraknya kemiskinan adalah kurangnya tingkat pendidikan, baik umum maupun agama, di kalangan umat selama ini.
Oleh karena itu, di beberapa wilayah mayoritas Muslim, mulai dibangun sejumlah masjid dan sekolah. Program ini telah dimulai sejak tahun lalu dan mendapat sambutan luas segenap umat Muslim.
Adalah sebuah lembaga bernama Humanitarian Relief Foundation yang mensponsori program itu. Belum lama ini, sebuah masjid berlantai tiga telah diresmikan di distrik Pakakatorz, Kota Duala. Pembangunan masjid ini juga didanai oleh Osman Gazi Municipality.
Selain untuk tempat ibadah, masjid ini juga dapat difungsikan untuk beragam kegiatan, misalnya pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. ''Ini adalah salah satu upaya meningkatkan kualitas kehidupan umat. Semoga lebih banyak masjid dan sekolah lagi yang dapat dibangun,'' tegas Durmus Aydin, direktur Relief Foundation, saat acara peresmian.