Jumat 11 Sep 2020 19:40 WIB

Eks Marinir Muslim Amerika Serikat: AS Nihil tanpa Islam

Eks Marinir Muslim Amerika Serikat menyatakan loyalitas mereka ke negara.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Eks Marinir Muslim Amerika Serikat menyatakan loyalitas mereka ke negara. Ilustrasi tentara Marinir Amerika Serikat.
Foto:

photo
Marinir Amerika Ilustrasi (AP)

Seiring berjalannya waktu, keunikan latar belakang Shams mulai diakui, kemampuannya yang dapat menguasai berbagai bahasa seperti bahasa Urdu, Punjabi, Hindi, hingga kecakapannya, membuat Shams kerap diandalkan dalam medan pertempuran.

"Saya siap mati untuk negara saya. Ini adalah pola pikir saya. Ini adalah tingkat cinta dan dedikasi yang saya miliki untuk Amerika Serikat. Dalam banyak hal, yang saya lakukan adalah Islam dalam tindakan, karena cinta dan pengabdian kepada negara tempat tinggal adalah bagian dari iman Islam saya seperti yang diajarkan pendiri Islam, Nabi Muhammad," kata dia. 

Meski harus mendapatkan diskriminasi dan ketidakadilan karena perbedaan ras, namun Shams meyakinkan bahwa dengan bangga menunjukkan diri sebagai Muslim, baik dengan berjenggot, mengenakan sorban, atau mengenakan jilbab bagi para muslimah, dapat membuatnya atau saudara seiman lainnya memahami pengalaman menjadi Muslim sesungguhnya.

Sembilan belas tahun telah berlalu sejak 9/11, namun setiap kali kita memperingati para korban 9/11 melalui berbagai program, seperti tren #NeverForget, yang tidak hanya berfungsi sebagai pengingat untuk mengingat 3.000 nyawa yang diambil dengan kejam, tetapi untuk mengingatkan orang Amerika Serikat bahwa teroris adalah Muslim.

"Sudah sampai pada titik bahwa sebagian dari Muslim harus hampir bersembunyi pada hari ini karena takut akan pergaulan dan akibat yang tidak pantas. Beberapa dari kita merasa seolah-olah kita bahkan tidak diizinkan untuk berduka atau menghormati nyawa tak berdosa yang hilang," tulis Shams.

Tahun lalu dalam sebuah acara, Perwakilan Demokrat Minnesota Ilhan Omar menerima kritikan karena mengungkapkan ketidaknyamanan yang dialami warga Muslim sebagai warga negara kelas dua. Omar kemudian berbicara tentang Council on American-Islamic Relations (CAIR), yang mengakui Muslim mulai kehilangan akses kebebasan sebagai warga sipil.  "Alih-alih melihat komentarnya dari kacamata seorang Amerika, dia justru dikritik," ujar Shams menambahkan.

Tak lama setelahnya, Trump langsung mengambil tindakan dan mengomentari perkataan Omar secara keliru, dan mengatakan bahwa Omar telah memuji tindakan Al Qaeda.

"Saya pikir Islam membenci kita" ujar Trump di siaran langsung televisi ketika dia menjadi calon presiden. Padahal Trump pula lah yang secara sepihak mengeluarkan larangan bepergian ke negara-negara, yang sebagian besar didominasi Muslim.

"Umat Islam harus menanggung diskriminasi, penganiayaan, kebencian dan kefanatikan yang mengerikan karena tindakan 19 teroris. Jadi ya, beberapa orang melakukan sesuatu dan secara tidak adil mengasosiasikan semua Muslim dengan kekejaman," kata Shams.

"Ini adalah jenis pertempuran yang sama yang dihadapi Black America hari ini, jika satu orang kulit hitam melakukan sesuatu yang salah, maka ribuan orang Afrika-Amerika sekarang secara otomatis dilihat sebagai penjahat," sambungnya.

Namun jika melihat kenyataan di lapangan, mayoritas penembakan massal dilakukan oleh pemuda kulit putih. Bayangkan jika saja seluruh orang kulit putih diperlakukan dan diasumsikan sebagai pembunuh. atau diperlakukan secara diskriminatif seperti halnya yang dialami Muslim dan orang berkulit hitam.

"Saya meminta rekan-rekan saya di Amerika yang mungkin masih memiliki semacam diskriminasi anti-Muslim di hati mereka karena 9/11 untuk mengambil waktu sejenak untuk berpikir dan memahami bahwa sebagian Muslim juga menjadi korban serangan itu," ujarnya.

"Faktanya, Muslim telah ada dan berkontribusi memajukan Amerika Serikat sejak zaman George Washington, dan tidak pernah ada Amerika Serikat tanpa Muslim. Jadi saat Anda memperingati 9/11 tahun ini, mari kita hormati nyawa tak berdosa yang hilang, bersama-sama, bergandengan tangan, dalam solidaritas sebagai orang Amerika," katanya menambahkan.

 

Sumber: https://us.cnn.com/2020/09/10/opinions/muslim-us-marine-9-11-shams/index.html

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement