REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Krisis air bersih tidak saja dialami masyarakat umum, tetapi juga beberapa pesantren di Tanah Air, seperti Pesantren Hidayatullah Denpasar, Bali.
"Masalah di pesantren ini bukan tidak ada air, tetapi air yang selama ini ada kurang jernih, keruh dan memang tidak seharusnya dikonsumsi dan digunakan. Sebab tidak saja menjadikan kulit sensitif, pakaian para santri yang dicuci pun kian penuh dengan noda," terang Kepala BMH Perwakilan Bali, Abdul Hamid, Rabu (9/9).
Terkait persoalan krisis air bersih tersebut, BMH Perwakilan Bali membangunkan sumur bor untuk Pesantren Hidayatulla Denpasar. "Alhamdulillah, sejak 18 Agustus 2020 hingga kini 9 September 2020 upaya mendapatkan air bersih melalui sumur bor diizinkan oleh Allah, sehingga ke depan keluhan yang selama ini sangat mengganggu tidak akan lagi dirasakan," imbuh Hamid dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Sebanyak 150 santri dan guru serta karyawan yang ada di pesantren itu pun terlihat sangat bahagia dan bersyukur kepada Allah Ta'ala.
"Alhamdulillah, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada BMH dan kami bersyukur kepada Allah, akhirnya air bersih Allah datangkan di tempat kami. Ini sebuah bukti bahwa kesabaran dan usaha sungguh-sungguh serta doa benar-benar akan Allah ijabah. Semoga segenap donatur hidup berkah," ungkap ketua pengurus pesantren, Ustaz Muhammad Sakhnan, Lc.
Sumur bor BMH ini kini menjadi kebanggaan santri dan warga setempat. "Alhamdulillah kedalaman 33 meter, air bersih Allah datangkan dan terus mengucur di pesantren kami," tutup Ustadz Sakhnan.