REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Umat Islam diminta tidak terpancing dengan adanya aksi bakar-bakar Alquran oleh aktivis di Swedia dengan membalas lagi membakar kitab suci agama lain.
Syariat Islam punya aturan main bagaimana cara elegan menyampaikan ketidak setujuan atas aksi tersebut.
"Jadi saya di sini ingin menyampaikan, ingin menyerukan kepada seluruh umat Islam. Mari kita kembali kepada aturannya Allah subhanahu wa ta'ala dan aturan Sayyidina Muhammad SAW," kata pengasuh Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al-Musawa saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (2/9).
Habib Nabiel mengatakan, di dalam Alquran itu memang ada ayat yang memerintahkan kita boleh membalas orang yang berbuat jahat kepada diri kita, misalnya boleh kita membalas sesuai dengan yang telah mereka buat seperti kita boleh memukul, menendang, dan mencaci mereka lagi .
Namun, memaafkan orang yang jahat kepada kita itu lebih Allah SWT sukai daripada membalasnya. "Ada ayat Alquran yang berisi tentang kalau orang berbuat jahat boleh kita membalas berbuat jahat, tapi yang dimaksud adalah berbuat jahat secara umum," katanya.
Menurut Habib Nabiel, orang yang membakar Alquran buka termasuk kejahatan umum sehingga tidak boleh dibalas. Artinya pembakaran terhadap kitab suci Alquran bukan kejahatan umum sehingga tak perlu membalas membakar kembali kitab suci dan rumah ibadah mereka. "Tidak boleh membalas merusak kitab suci, merusak rumah ibadah mereka," katanya.
Habib Nabiel menyampaikan dalil larangan membalas membakar kitab suci mereka itu ditegaskan dalam surat Al-An'am ayat 108:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan."
Habib Nabiel menegaskan, apa yang mereka lakukan terhadap Alquran jelas perbuatan bodoh. Mereka tidak mengetahui sama sekali keutamaan Alquran sehingga mereka tanpa menyesal membakar Alquran. "Jadi sudah jelas mereka itu bodoh, tak mengerti tentang keutamaan Alquran, keutamaannya Allah keutamaanya Rasulullah," katanya.
Jadi kata Habib Nabiel, ketika kejahatan itu sudah ada kaitannya dengan masalah keagamaan seperti pembakaran kitab suci, dan pembakaran umah ibadah itu Allah melarang keras membalasnnya. Jika mendapati kitab suci kita dan rumah ibadah dibakar kita diwajibkan bersabar tak boleh membalasnya. "Itu dilarang di dalam Islam tidak boleh," katanya.
Habib Nabiel berpesan sebagai umat Islam jangan sekali-kali kita meremehkan kitab suci, rumah ibadah bahkan tuhan mereka, walaupun tujuannya membalas tetap tidak dibenarkan. Karena sesungguhnya kitab suci ahlul kitab seperti Injil, Taurat dan Zabur dan juga para rasul yang membawanya merupakan utusan Allah SWT yang mesti diimani.
"Walaupun sekarang kita katakan kita beriman kepada Injil, kita katakan kita beriman kepada Taurat tapi bukan yang sekarang. Karena yang sekarang ini sudah mengalami banyak sekali perubahan, perusakan, penambahan pemutarbalikan terlalu banyak penyimpangan," katanya.
Meski demikian, kata Habib Nabiel kitab suci itu merupakan kitab suci kita semua. Dan bahwa sekarang kitab itu sudah tidak memenuhi syarat sebagai kitab suci yang diturunkan Allah, kita tak boleh merusaknya. "Walaupun kita tahu kitab itu banyak perubahan, perusakan, penambahan pengurangan, tidak seperti dulu lagi," katanya.