REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kesepakatan damai antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) merupakan langkah berani menuju Timur Tengah yang lebih stabil dan makmur. Hal tersebut disampaikan pejabat dari UEA, Israel dan Amerika Serikat (AS).
Kesepakatan yang dicapai awal bulan ini diperkuat pada Senin (31/8), selama kunjungan delegasi Israel dan Amerika ke Emirates. Pada hari bersejarah, penerbangan komersial pertama dari Israel ke UEA mendarat di Abu Dhabi.
"Kesepakatan yang dicapai antara Amerika Serikat, Israel dan Uni Emirat Arab pada 13 Agustus 2020 merupakan langkah berani menuju Timur Tengah yang lebih stabil, terintegrasi dan makmur," kata pernyataan bersama dari ketiga negara tersebut, dilansir dari laman Arab News, Selasa (1/9).
"Itu membawa serta janji jembatan baru yang akan berfungsi untuk mengurangi konflik yang ada dan mencegah konflik di masa depan," lanjut pernyataan.
Penumpang di pesawat termasuk penasihat senior Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, dan penasihat keamanan nasional Israel, Meir Ben-Shabbat.
Pernyataan itu muncul tak lama setelah Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed mengatakan, UEA berkomitmen pada sebuah negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Dia mengatakan, kesepakatan untuk membangun hubungan penuh dengan Israel sebagai imbalan bagi Israel untuk menghilangkan ancaman pencaplokan tanah Palestina di Tepi Barat yang diduduki, merupakan keputusan berdaulat yang mendukung perdamaian.
"Perdamaian adalah pilihan strategis, tetapi tidak dengan mengorbankan perjuangan Palestina," katanya menurut Al Arabiya.
Dalam pernyataan bersama, UEA, Israel, dan AS mendesak para pemimpin Palestina untuk terlibat kembali dengan rekan-rekan Israel dalam diskusi yang bertujuan mencapai perdamaian.
Pada Selasa, para pihak akan membahas kerja sama di bidang investasi, keuangan, kesehatan, luar angkasa, penerbangan, kebijakan luar negeri, serta pariwisata dan budaya.
"Hasilnya adalah kerja sama yang luas antara dua ekonomi kawasan yang paling inovatif dan dinamis," kata pernyataan itu.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengundang delegasi dari UEA untuk mengunjungi Israel. "Kami akan menyambut mereka dengan karpet merah, seperti mereka menyambut kami," kata Netanyahu.
Semenjak kesepakatan diumumkan, Israel dan UEA telah membuka saluran telepon, dan mengadakan diskusi antara berbagai kementerian dan pejabat. Pada Sabtu, UEA menghapus undang-undang boikot, yang berarti perusahaan dan individu UEA sekarang dapat berdagang langsung dengan Israel.
Dalam mencapai kesepakatan tersebut, UEA menjadi negara Arab ketiga yang memiliki hubungan dengan Israel setelah Mesir, dan Yordania.