REPUBLIKA.CO.ID, GADAG – Sebuah desa dengan 2.500 penduduk di Distrik Gadag di Karnataka Utara, India memperingati bulan Muharram. Padahal di desa tersebut, tidak ada seorang pun yang beragama Islam.
Menurut sesepuh desa, perayaan Muharram selalu diperingati setiap tahunnya, bahkan sudah menjadi tradisi sinkretis yang sudah berabad-abad lamanya. Penduduk desa menyebutnya perayaan 'Ale Habba' (sebutan Muharram dalam bahasa lokal) yang dirayakan dengan pemasangan Panjas' dan masuknya api.
"Kami merayakan Ale labba dengan pengabdian," kata Andappa Jigalur, seorang anggota sesepuh di desa itu, dilansir dari Times of India pada Selasa (1/9).
Warga desa lainnya, Shivappa Olekar, mengatakan Covid-19 dan lock down telah mengakibatkan penduduk kesulitan ekonomi. Hal ini menyebabkan, perayaan Muharram tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Akibatnya, hanya sedikit warga yang bisa berkontribusi untuk Muharram tahun ini. Setiap tahun, kami mengumpulkan dana dari semua rumah tangga di desa. Tahun ini, terlepas dari masalah yang mereka hadapi, penduduk desa memberikan kontribusi semampu mereka. Banyak dari mereka menawarkan 'Deergha Danda Namaskara' di Panjas," kata Olekar.
Sebuah sumber mengatakan, ulama dari desa tetangga, Hullur diundang untuk melakukan perayaan Muharram tersebut. Termasuk membacakan doa-doa yang dibacakan di bulan Muharram.
"Ulama dari Desa Arahunasi dan Belavanaki membantu kami dengan memberi tahu kami tentang kapan dan bagaimana cara mengamati Muharram. Apalagi semua anak muda di desa kami dilatih membawakan lagu-lagu riwayat yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Muharram," kata duo itu.
Ramesh Talwar dan Kasheppa Jakkannavar, dua warga lainnya di desa itu, mengatakan tidak ada organisasi atau asosiasi yang dipercayakan untuk bertanggung jawab menyelenggarakan acara selama Muharram.
"Sebuah masjid dibangun di Hiremannur 50 tahun lalu oleh nenek moyang kami. Namun masjid itu runtuh beberapa tahun lalu. Ketika kami mendekati Dewan Wakf untuk meminta dana untuk membangunnya kembali, kami diberi tahu agar ada organisasi (muslim) yang terdaftar dulu. Jadi, kami memutuskan untuk membangun kembali masjid dengan sumbangan dari warga desa, "kata Talwar dan Jakkannavar.