REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Wabah pandemi Covid-19 di Indonesia telah memasuki bulan ke-5,
kegiatan belajar pun belum dilakukan secara tatap muka demi keamanan siswa. Karena itu, pelajaran
jarak jauh (PJJ) menjadi solusi bersama guna memutus rantai penyebaran virus tersebut.
PJJ merupakan solusi sementara untuk kegiatan belajar mengajar saat ini. Namun masih banyak kendala diantaranya siswa yang belum mempunya gawai, kuota internet yang terbatas, susah sinyal, dan orang tua yang masih gagap terhadap teknologi. Seperti yang terjadi di Desa Karanglewas dimana masih banyak dijumpai siswa yang belum bisa mengikuti pembelajaran secara daring karena beberapa alasan di atas.
Afu merupakan salah satu siswi SMK di Kecamatan Jatilawang dan ayahnya seorang buruh tani sementara ibunya mengurus rumah tangga. Selama PJJ, Ia kesulitan dalam belajar secara daring karena kuota pulsa yang dimiliki sangat terbatas, sedangkan bantuan dari sekolahnya pun tidak pernah didapatkan.
"Saya sering terkendala saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, seringkali saya terhenti saat pertemuan secara virtual karena kuota internet habis. Mau minta ke orang tua lagi gak enak karena baru minta harus minta lagi, belum lagi kondisi orang tua yang tidak pasti punya uang untuk beli kuota," kata Afu.
Hal senada dialami Unah teman Afu. Ayah Unah merupakan seorang pengrajin gula kelapa yang tidak
pasti pendapatannya. "Terkadang hanya nanya teman sekelas untuk penugasan dan materi pembelajaran. Seringkali tidak ikut kelas daring secara virtual, semisal ikut G meet atau zoom. Belum lagi terkendala gawai yang tidak memadai karena daya tampung RAM-nya kecil," ucapnya.
Karena itu, untuk meringankan sedikit beban anak-anak tersebut Rumah Zakat pun memberikan bantuan berupa kuota internet gratis untuk mendukung kegiatan belajar secara daring. "Terima kasih Rumah Zakat telah memberikan kuota internet, in syaa Allah bisa mengikuti pembelajaran secara daring untuk sebulan ke depan," ungkap Afu.