REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam rangka menyambut kedatangan 1 Muharram 1442 Hijriyah, Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengajak kepada seluruh umat Islam untuk meneladani spirit hijrah Rasulullah Saw.
“Mengajak seluruh umat Islam untuk meneladi spirit dan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW. Kita harus meneladani sikap, perbuatan, ucapan, dan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya kepada Republika.co.id melalui keterangan tertulis, Rabu (19/8).
Menurut Helmy, peristiwa 1 Muharram yang ditandai dengan hijrahnya Nabi Muhammad adalah peristiwa sangat penting bagi sejarah umat Islam. Menurut dia, hijrah adalah metamorfosis gerakan, baik sosial, keagamaan, maupun kebudayaan.“Bahkan karena teramat pentingnya peristiwa hijrah tersebut sejarah mencatat dan juga mengabadikannya sebagai ikon ajaran Islam,” ucapnya.
Dia menjelaskan, ada empat pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW saat khutbah di awal masa hijrah. Pesan pertama, yaitu menebarkan salam atau perdamaian. Dalam konteks berabangsa dan bernegara, menurut dia, masyarakat Madinah kala itu memiliki kesamaan struktur sosiologis dengan masyarakat Indonesia saat ini. .“Irisan keduanya pada konteks kemajemukan dan kebinekaan. Keduanya sama-sama majemuk,” katanya.
Dalam konteks ini, lanjut dia, pesan Nabi Muhammad SAW tidak berhenti pada makna tekstual menebarkan salam, melainkan yang dimaksudkan adalah menebarkan kedamaian serta menciptakan rasa aman bagi siapapun sesama manusia, terlebih sesama bangsa dan negara.
Pesan kedua, yaitu memberi makanan atau bersedekah. Menurut Helmy, pesan ini mengingatkan bahwa kepedualian sosial adalah pilar penting dalam bermasyarakat. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun di atas individu-individu yang memiliki kepekaan dan kepedeulian sosial kepada sesama.
“Baik kepedulian dalam konteks seagama (ukhuwwah Islamiyah), kepeduliaan dalam konteks berbangsa (ukhuwwah wahtaniyyah), ataupun yang lebih mendasar dari itu semua yakni kepeduliaan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah),” jelasnya.
Pesan ketiga adalah menjalin silaturrahim. Menurut Helmy, pesan ini adalah aspek yang tidak kalah penting utamanya dalam konteks berbangsa dan bernegara. Pahlawan nasional KH Abdul Wahab Hasbullah dan Soekarno sendiri, kata dia, juga pernah menggagas siltaurrahmi nasional para tokoh bangsa dan elit politik yang saat itu sedang dilanda pertikaian yang luar biasa, tepatnya pada 1948.
“Silaturrahim itu belakangan dinamakan dengan halalbihalal. Artinya dalam forum silaturrahim tersebut terdapat keberkahan yang sangat luar biasa yakni tercapainya rasa saling memaklumi, memaafkan dan mengikhlaskan satu sama lain,” jelasnya.
Pesan yang keempat adalah menjalankan shalat malam. Dalam konteks ini, menurut Helmy, Nabi Muhammad Saw berpesan kepada seluruh umat Islam agar senantiasa berusaha menjadi pribadi yang bersemangat untuk memperbaiki diri dengan cara mengetuk pintu langit di malam hari.
Helmy menjelaskan, sepertiga malam akhir adalah momen yang sangat tepat untuk mengoreksi diri serta bermuhasabah merenungi kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan untuk dimintakan maaf kepada Allah SWT.“Dalam posisi seperti ini, shalat malam memiliki kedudukan yang sangat penting bagi setiap hamba,” jelasnya.