REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tahun ini Indonesia akan memeringati 75 tahun merdeka. Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis) menyampaikan, paling tidak ada dua makna utama dari diperingatinya peristiwa kemerdekaan.
Wakil Ketua Umum PP Persis, Ustadz Jeje Zaenudin, mengatakan, makna peringatan kemerdekaan pertama, sebagai sarana dan upaya menjaga serta mewariskan kesadaran kolektif bangsa Indonesia. Terutama bagi generasi muda yang cenderung tergerus oleh informasi serta acara-acara yang tidak berguna.
"Bahwa kemerdekaan itu suatu yang amat berharga dalam kehidupan bangsa dan negara, ia tidak diperoleh dengan kemalasan apalagi sebagai hadiah gratisan dari bangsa penjajah," kata Ustadz Jeje kepada Republika.co.id, Jumat (14/8).
Ia menegaskan, kemerdekaan direbut dengan perjuangan luar biasa dan dengan segala pengorbanan tanpa pamrih dalam rentang waktu yang panjang.
Maka nilai-nilai kejuangan dan semangat pengorbanan demi kemerdekaan itulah yang diharapkan terus terwariskan dari generasi ke generasi melalui momentum peringatan kemerdekaan setiap 17 Agustus.
Makna peringatan kemerdekaan kedua, dengan momentum proklamasi 17 Agustus itu diharapkan terjaga dan terwariskannya spirit ketulusan, keikhlasan, dan rasa syukur atas nikmat karunia Allah yang memberikan kepada bangsa Indonesia ini alam yang kaya raya serta subur makmur. Sebagaimana secara tegas dinyatakan pendiri bangsa ini dalam kata-kata pembuka UUD 1945 bahwa kemerdekaan ini adalah diraih atas berkat rahmat Allah SWT dan kemauan yang kuat serta perjuangan penuh pengorbanan.
"Kesadaran bahwa kemerdekaan ini sebagai nikmat karunia Allah wajib diwujudkan dalam bentuk menjaga, memelihara, mempertahankan, serta mengisi dan mengelola kemerdekaan negara ini dengan sungguh-sungguh sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945," ujarnya.
Ustadz Jeje mengingatkan bahwa tujuan negara Indonesia merdeka ini adalah untuk melindungi segenap tumpah darah dan bangsa Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan rakyat, dan ikut menjaga ketertiban dan perdamaian dunia. Itulah spirit yang harus terus hidup dalam setiap menyambut momentum hari kemerdekaan Indonesia.
"Jangan sampai kita terjebak kepada rutinitas seremonial perayaan HUT Kemerdekaan RI yang semarak dan hura-hura tetapi hampa dari maknanya," kata Ustadz Jeje.