REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok ekstremis ISIS menargetkan Italia dalam propaganda daring resminya. Organisasi jihadis ini secara eksplisit menyebut negara Italia dalam Edisi 242 buletin berbahasa Arab al-Naba', yang diterbitkan pada 9 Juli 2020.
Dalam editorial tersebut, dengan tegas menolak asumsi bahwa ISIS membuat pengiriman besar psikostimulan ke Suriah yang disita otoritas Italia, yang diberi label sebagai "Polisi Tentara Salib Italia", di pelabuhan Salerno pada 1 Juli.
Sebaliknya, ISIS berpendapat fakta ini mengungkap hubungan rahasia antara "Tentara Salib" dan Tawagheet (tiran) seperti pemerintah Suriah. Secara keseluruhan, referensi langsung dan spesifik seperti itu terhadap Italia cukup langka dalam propaganda resmi jihadis.
Peneliti di Pusat ISPI tentang Radikalisasi dan Terorisme Internasional, Francesco Marone, menuliskan artikel terkait propaganda ISIS terhadap Italia dan Vatikan.
Dilansir di Gnet Reserch, ia menyebut selama beberapa tahun terakhir, Italia telah menempati posisi yang relatif marjinal sehubungan dengan ancaman jihadis, baik dalam mobilisasi maupun propaganda. Berkenaan dengan hal tersebut, negara, dalam banyak hal, merupakan pengecualian yang menyenangkan di wilayah Barat.
Faktanya, tingkat radikalisasi jihadis telah terkendali, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan yang sama. Indikator yang paling jelas dari hal ini adalah rendahnya jumlah serangan teroris yang dilakukan di wilayahnya, pada saat tulisan ini dibuat.
Hal ini mengecualikan insiden yang tidak berhasil pada Oktober 2009 dan penusukan yang meragukan pada September 2019, Italia. Vatikan yang berbatasan dengan Suriah, tidak pernah dilanda kekerasan jihadis dan tidak pernah menderita korban yang fatal, tidak seperti banyak negara Barat lainnya.
Indikator lain yang relevan adalah jumlah pejuang asing. Rombongan pelancong yang memiliki hubungan dengan Italia dan bergabung dengan kelompok bersenjata jihadis di Suriah dan Irak serta di Libya ada 144 orang, menurut angka resmi terbaru yang dirilis pada Maret 2020. Angka ini sebenarnya jauh lebih rendah daripada negara-negara Eropa Barat lainnya seperti Prancis, Jerman, Inggris Raya, dan bahkan negara-negara yang lebih kecil seperti Belgia dan Swedia.
Berkenaan dengan propaganda jihadis, Marone menyebut, pertama-tama harus dicatat bahwa produksi daring resmi yang secara khusus berfokus pada Italia atau ditujukan kepada audiens Italia telah dibatasi. Misalnya, meskipun ISIS sering menggunakan bahasa Eropa seperti Inggris dan Prancis, ISIS belum menerbitkan materi yang signifikan dalam bahasa Italia.
Demikian pula, tidak ada video atau jenis produk relevan lainnya yang secara resmi didistribusikan oleh ISIS atau organisasi jihadis lainnya, di mana jihadis berbahasa Italia memainkan peran utama. Meski demikian, dalam beberapa hal, propaganda resmi ISIS menyebut Italia dan Vatikan dengan frekuensi yang tampaknya tidak proporsional.
Marone dan tim baru-baru ini melakukan penelitian, mengeksplorasi masalah terkait hal di atas. Mereka menganalisis semua referensi tekstual yang ditujukan bagi Italia dan Vatikan di majalah berbahasa Inggris unggulan, Dabiq dan Rumiyah. Dua produk ini yang paling tersebar dan berpengaruh dari organisasi jihadis.
Majalah yang ditujukan bagi audiens Barat ini telah menghentikan produksi dalam bentuk fisik. Namun, versi PDF sebanyak 28 halaman masih tersedia secara daring hingga saat ini.
Faktanya, Internet menawarkan akses tak terbatas, yang memungkinkan efek konten ekstremis melampaui waktu pembuatan dan distribusi pesan tertentu.
Studi yang dilakukan Marone mendokumentasikan lebih dari tiga perempat referensi tekstual berkaitan dengan "Roma", 178 dari 228. Roma merupakan ibu kota Italia dan juga kedudukan Vatikan.
Kota ini sering disebut-sebut sebagai lambang Barat dan Kristen, berupa synecdoche. Di sisi lain, relatif sedikit penyebutan Italia dan Vatikan secara spesifik serta non-kiasan, dan terkait dengan zaman kita.
Singkatnya, berdasarkan analisis empiris dari majalah-majalah utama ini, menegaskan ISIS tidak mengartikulasikan atau mengembangkan wacana yang jelas dan konsisten terhadap Italia dan Vatikan. Kondisi ini tidak seperti apa yang mereka lakukan terhadap negara-negara lain di Barat, seperti Prancis atau di luar wilayah, seperti Arab Saudi atau Rusia.
Selain itu, dalam dua publikasi daring ini, ancaman terhadap Italia dan Vatikan sering kali bersifat umum atau tdak menyebutkan target dan cara kekerasan dan tidak bersifat individual karena melibatkan negara lain.
Namun, penyebutan umum tentang "Roma" dan "penaklukannya", yang secara tradisional lazim dalam propaganda jihadis, dapat menimbulkan kekhawatiran potensial. Utamanya bila dikaitkan dengan referensi langsung ke kota, seperti di sampul terkenal Dabiq #4, montase foto dari obelisk St.
Peter's Square dengan spanduk hitam, yang disebut "kekhalifahan", dikibarkan di atasnya dan terdapat contoh visual lainnya. Efek kumulatif dalam penyebutan yang diulangi berpotensi meningkatkan ancaman.
Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas Italia telah menangkap beberapa jihadis yang tertarik merencanakan serangan di Italia atau Vatikan. Namun, sulit untuk menentukan apa dan sejauh mana individu-individu ini benar-benar didorong referensi propaganda khusus ke kedua negara ini.
Secara umum, hubungan kausal antara propaganda ekstremis dalam format yang berbeda, dan serangan serta plot teroris masih harus dilihat. Bahkan dalam propaganda jihadis tidak resmi yang dibuat oleh simpatisan daring, peran yang dimainkan oleh Italia dan Vatikan tampaknya tidak menjadi sentral.
Meskipun tidak ada analisis empiris mengenai referensi ke kedua negara dalam jenis produksi ini, dapat diperkirakan kerja simpatisan jihadis daring yang terkait dengan Italia dan Vatikan belum terlalu ekstensif atau berpengaruh.
Dalam hal ini, misalnya, pada Februari 2015, perhatian media Italia tiba-tiba tertarik pada penemuan daring dokumen 64 halaman tanpa nama. Dokumen ini disajikan dalam bahasa Italia yang baik, melegitimasi, dan memuliakan apa yang disebut "kekhalifahan" di Suriah dan Irak.
Dokumen daring cenderung kurang relevan untuk konten informasinya. Sebagian besar berupa kumpulan teks dan foto yang diambil dari Dabiq dan publikasi lain, tanpa ancaman khusus ke Italia atau Vatikan. Terlebih lagi dokumen tersebut menawarkan pembaruan baru, produk propaganda ISIS yang secara khusus ditujukan pada masyarakat berbahasa Italia.
Penulis artikel tersebut, merupakan seorang warga negara Italia berusia 20 tahun yang berasal dari Maroko. Ia ditangkap beberapa pekan kemudian dalam operasi kontra-terorisme. Namun, kasus seperti ini jarang terjadi di Italia.
Ketika datang ke media sosial, jihadis yang berbasis di Italia tampaknya kecil dan tidak canggih dibandingkan dengan negara-negara Barat lainnya. Analisis empiris baru-baru ini memeriksa saluran utama berbahasa Italia pro-ISIS di Telegram, yang diduga sebagai aplikasi pilihan bagi para jihadis dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut informasi dan data yang dikumpulkan, tidak lama sebelum November 2019 dilakukan penghapusan ekstensif akun, saluran, dan grup pendukung ISIS dari berbagai platform. Saluran tidak resmi ini terbatas menerjemahkan sejumlah kecil media berbahasa Arab ISIS.
Penerjemah anonim itu bahkan tidak memasukkan produk propaganda yang akan menjadi minat khusus para jihadis yang terkait dengan Italia. Contohnya, pernyataan tentang pembunuhan pejuang anti-ISIS Italia Lorenzo Orsetti di Baghouz pada 18 Maret 2019, yang secara resmi diklaim ISIS.
Singkatnya, analisis ini menunjukkan saluran Telegram menunjukkan batasan yang serius, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas materi yang didistribusikan dalam bahasa Italia.
Sebagai kesimpulan sementara, penelitian empiris lebih lanjut diperlukan. Namun dapat dikatakan selain referensi kiasan yang berulang ke "Roma", posisi Italia dan Vatikan dalam propaganda daring jihadis masih relatif kecil.
Sumber: https://gnet-research.org/2020/08/11/italy-and-the-vatican-in-islamic-state-propaganda/