REPUBLIKA.CO.ID,
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ
''Orang yang dermawan (al-sakhi) itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang pelit (al-bakhil) itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang pelit.'' (HR Al-Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Orang yang dermawan jelas akan mendapat banyak keuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Keuntungan di dunia, misalnya, ia akan dekat dengan masyarakat. Hubungan dengan masyarakat akan cair tanpa ada sekat apapun. Di sisi lain, masyarakat juga akan terbantu oleh sikap kedermawanannya.
Orang yang gemar mendermakan hartanya untuk kepentingan masyarakat, juga tidak akan mengalami defisit kekayaan secuilpun. Tak ada sejarahnya, gara-gara gemar berderma, lantas seseorang menjadi miskin, hartanya ludes atau kesulitan makan. Ini sesuai janji Allah SWT:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
''Dan apa saja yang engkau infakkan, maka Allah akan mengganti. Dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi Rezeki.'' (QS Saba': 39).
Dan Allah SWT adalah Dzat yang tak pernah mengingkari janji-Nya. Selain itu, orang yang gemar mendermakan hartanya, juga akan dekat dengan Allah SWT yang berarti dekat dengan surga-Nya dan jauh dari neraka-Nya.
Itulah keuntungan para penderma di akhirat kelak. Karenanya, Rasulullah SAW selalu berwasiat bahwa tangan di atas lebih utama ketimbang tangan di bawah. Dengan ujaran lain, penderma lebih utama ketimbang peminta.
Dalam hadis riwayat Imam Al-Tirmidzi, Rasulullah SAW juga berpesan, umatnya tidak dibenarkan iri kecuali pada dua orang. Salah satunya iri kepada seorang yang diberi harta oleh Allah SWT, maka dengan hartanya ia berderma untuk kepentingan masyarakat, baik pada tengah malam maupun siang hari.
Dan sikap seperti ini banyak ditemukan pada diri para sahabat yang agung, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, maupun Ali bin Abi Thalib. Itulah keuntungan materi dan utamanya nonmateri yang akan diraih para penderma.
Sebaliknya, orang yang pelit justru akan jauh dari Allah SWT, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan malah dekat dengan neraka. Artinya, hanya kerugianlah yang akan didapat orang yang pelit, baik di dunia terlebih kerugian di akhirat nanti.
Ibadah ritual yang bersifat vertikal, kemanfaatannya hanya dirasakan pelakunya. Sedangkan berderma yang bersifat horizontal, kemanfaatannya akan dirasakan pelakunya dan juga masyarakat banyak.
Kaidah fikih menyatakan amal perbuatan yang manfaatnya dirasakan orang banyak lebih utama ketimbang amal perbuatan yang hanya dirasakan pelakunya. Itulah sisi kerahmatan dan kepedulian Islam terhadap nasib sesama.