Sabtu 08 Aug 2020 04:31 WIB
Narendra Modi

Memahami India, Menyelami Hindu, Mengupas Politik Modi

Politik dan Usaha Penghapusan Jejak Islam di India kala Modi berkuasa

PM India Narendra Modi (tengah) meletakan batu pertama pembangunan kuil Dewa Rama di bekas Masjid Babri di India.
Foto:

Perubahan nama dari Allahabad menjadi Prayagraj telah memisahkan departemen sejarah di Universitas Allahabad. "Aku sangat terkejut!" kata sejarawan Heramb Chaturvedi. Politisi BJP "berusaha untuk mempolarisasi," katanya. "Ini sangat berbahaya bagi integritas dan persatuan nasional India."

Chaturvedi menentang perubahan nama kota dalam dua alasan: Pertama, dia percaya Kaisar Mughal abad ke-16 Akbar pantas mendapatkan pujian karena mendirikan kota Allahabad. Kedua, ia percaya bahwa India, sebagai negara demokrasi pluralistik, harus melestarikan sejarahnya yang kaya dan beraneka ragam - dan bahwa keragaman adalah kekuatannya.

Lihat sekeliling kota ini, katanya. "Anda akan menemukan arsitektur khas Mughal, benar-benar utuh. Indah sekali! Kami diakui sebagai negara Asoka, Buddha, dan Gandhi," katanya. "Dan [nasionalis Hindu] tidak pernah menganut tipe inklusifitas ini."

Kepala Dinas Yogeshwar Tewari punya pendapat berbeda. Dia menyebut perubahan nama kota itu sebagai "koreksi arah". Dia mengatakan selama beberapa generasi, bahkan berabad-abad, cara orang India menafsirkan sejarah mereka sendiri telah dinodai oleh kolonialisme dan pengaruh asing. "Hanya sekarang, hampir 72 tahun setelah melepaskan kekuasaan kolonial, orang India dapat melihat sejarah mereka sendiri dengan jelas," katanya.

"Yogi [Adityanath] memutuskan untuk membangun kembali garis keturunan kami ke masa lalu - warisan kami," kata Tewari. "Hingga abad ke-18, aturan Muslim ada di sini. Itu adalah kekuasaan mereka. Itu adalah otoritas mereka. Mereka memutuskan untuk memaksakan apa yang mereka rasakan sesuai dengan keyakinan mereka. Tapi sekarang saatnya merayakan milik kita sendiri."

Dengan menafsirkan kembali sejarah, kata Tewari, India terlambat merayakan Hindutva, atau ke-Hindu-annya. Dorongan itu dipimpin oleh partai BJP pimpinan Narendra Modi.

Perayaan itu terkadang bisa terbang begitu juah di hadapan fakta. Pada bulan Januari, ada protes keras di Kongres Sains India setelah peneliti Hindu mempresentasikan karya yang menolak teori relativitas Albert Einstein sebagai "kesalahan besar" dan menyatakan bahwa dewa-dewa Hindu kuno menemukan pesawat terbang dan bayi tabung.

Dalam putaran Hindusentris dalam sejarah India ini, beberapa kritikus melihat kerja hati-hati dari kelompok nasionalis Hindu seperti Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), tempat Modi menghabiskan tahun-tahun pembentukannya. BJP adalah lengan politiknya. Tujuan korps relawan Hindu yang semuanya laki-laki ini adalah untuk mempromosikan Hinduisme dalam kehidupan publik, tetapi juga memicu kebencian terhadap minoritas.

"Badan-badan penelitian dipenuhi oleh orang-orang RSS yang percaya bahwa sejarah adalah studi warisan Hindu, dengan tujuan untuk menanamkan kebanggaan Hindu dan memperingatkan terhadap musuh bangsa," kata Tanika Sarkar, seorang pensiunan profesor sejarah di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi.

"Apakah itu sains atau sejarah, [mereka percaya] kita harus berbicara tentang nilai-nilai Hindu kuno, penemuan Hindu, sains Hindu. Ada kebodohan umum dalam pendidikan tinggim,'' tegasnya lagi.

Pergeseran Warisan

Ketika kaum nasionalis Hindu menafsirkan kembali sejarah India, bahkan tokoh-tokoh modern yang paling dihormati di negara itu pun ikut mendapat pengawasan baru. Warisan yang dulu tidak dapat disangkal dari salah satu putra pribumi Allahabad yang paling terkenal -- Jawaharlal Nehru, perdana menteri pertama India -- sekarang pun sudah menjadi masalah perselisihan.

Nehru, berasal dari Kashmir, dibesarkan di Allahabad. Dia ingin India menjadi negara multi yang sekuler. Dia adalah sekutu dekat pemimpin kebebasan India, Mohandas Gandhi. Keduanya bersama-sama saling membantu menulis Konstitusi India.

Selama beberapa dekade, Nehru hampir secara universal dihormati sebagai salah satu bapak pendiri India. Putri dan cucunya menjadi perdana menteri dan cicitnya sekarang memimpin Kongres Nasional India, partai utama yang menentang BJP Modi.

Tapi visinya tidak disukai oleh mereka yang berkuasa. Adityanath baru-baru ini misalnya menyalahkan Nehru atas kerusuhan yang terjadi selama beberapa dekade di Kashmir. Modi mengatakan pada 2013 bahwa figur lain yang seharusnya bertanggungjawab adalah perdana menteri pertama India ini, Nehru.

Beberapa pihak di India kini mulai percaya bila warisan Gandhi terancam. Apalagi ada fakta pada tahun 1948, Gandhi dibunuh oleh seorang nasionalis Hindu, Nathuram Godse, yang pernah menjadi anggota RSS.

  • Keterangan foto: Arsitektur yang dipengaruhi Mughal dapat ditemukan di seluruh Allahabd atau Prayagraj. Lauren Frayer / NPR

"Di bawah aturan BJP saat ini, telah ada patung yang dibuat untuk pembunuhnya, Godse," kata Sarkar. "India masih dikenal sebagai tanah Gandhi, dan mereka tidak bisa membuangnya sepenuhnya. Gandhi percaya bahwa negara itu milik semua orang India."

Para Generasi Penerus Bangsa

Pada hari kerja di Perpustakaan Umum Allahabad - yang belum mengubah namanya - ada sekelompok anak usia 20-an patriotik yang belajar untuk menjadi pegawai negeri.

"Kami selalu tahu ini sebagai Allahabad. Tetapi untuk menjaga budaya [Hindu] kami tetap hidup, mereka mengganti nama tempat ini," kata Sarita Jaiswal yang berusia 25 tahun. "Saya setuju dengan upaya baru ini untuk memetakan kembali wilayah dan menulis ulang sejarah. Saya ingin bekerja di pemerintahan untuk menjadi bagian dari ini."

Jika dia lulus ujian, dia akan menjadi bagian dari kelas baru pegawai negeri, dan mereka tidak hanya akan mengganti nama kota dan landmark di India tetapi juga menafsirkan kembali sejarah India melalui pandangan Hindu. Perubahan yang mereka lakukan mungkin kecil. Namun seiring waktu, konsekuensinya mungkin besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement