Rabu 05 Aug 2020 04:15 WIB

Kegemparan Saat Uskup Agung Uganda Umumkan Memeluk Islam

Mantan uskup agung Lutheran Mwaipopo alami ujian setelah memeluk Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Kegemparan Saat Uskup Agung Uganda Umumkan Memeluk Islam
Foto:

Namun, Mwaipopo alias Abu Bakr memiliki ide sendiri tentang hidupnya, ia bergabung dengan kepolisian. Namun pada usia 25, Mwaipopo menyerah pada kehendak ayahnya. Tidak seperti di Eropa di mana anak-anak dapat melakukan apa yang mereka kehendaki setelah usia 21 tahun, di Afrika, anak-anak diajarkan menghormati kehendak orangtua mereka di atas kehendak mereka sendiri.

"Putraku, sebelum aku menutup mataku (mati), aku akan senang jika kau bisa menjadi pendeta", begitulah kata ayahnya pada Mwaipopo.

Nasihat sang ayah kemudian mendorongnya melangkah ke Inggris pada 1964, untuk mengejar diploma dalam Administrasi Gereja. Setahun kemudian, dia pergi ke Jerman untuk membuat gelar BA. Sekembalinya, setahun kemudian, dia diangkat menjadi Penjabat Pelaksana. Hingga kemudian meraih gelar Master. Pada saat mengambil gelar doktor, Mwaipopo mulai mempertanyakan berbagai hal.

"Selama ini, saya hanya melakukan berbagai hal, tanpa bertanya. Saya mulai bertanya-tanya ... ada agama Kristen, Islam, Yahudi, Budha, masing-masing agama yang berbeda mengklaim jadilah agama yang benar. Apa kebenarannya? Saya menginginkan kebenaran," ujarnya.

Sejak itu, Mwaipopo memulai pencarian hingga ia menguranginya menjadi empat agama besar. Suatu waktu, ia mendapatkan salinan Alquran. Ketika pertama kali membuka lembaran Alquran, ayat-ayat yang pertama ia temukan adalah surah al-Ikhlas.

"Katakan: Dialah Allah, Yang Esa dan Satu-Satunya; Allah, Yang Abadi, Mutlak; Dia tidak beranak, juga tidak diperanakkan; Dan tidak ada yang seperti Dia?" demikian Mwaipopo coba mengingatnya.

Saat itulah, benih-benih Islam mulai tertanam untuk pertama kalinya. Kala itu, dia menemukan Alquran adalah satu-satunya kitab suci yang telah dihilangkan oleh manusia sejak wahyu tersebut diturunkan.

"Dalam menyimpulkan tesis doktoral saya, saya mengatakan demikian. Saya tidak peduli apakah mereka memberi saya doktor atau tidak, itu adalah kebenaran dan saya sedang mencari kebenaran," kata Mwaipopo.

Dalam pikiran demikian, Mwaipopo memanggil Profesor Van Burger. Kala itu, ia menutup pintu dan menatap mata sang profesor. Mwaipopo lantas bertanya, mana yang benar dari semua agama di dunia.

Sang profesor menjawab, "Islam." Mwaipopo lantas bertanya, "Kalau begitu, mengapa kamu bukan seorang Muslim?"

Profesor menjawab, "Pertama, saya membenci orang Arab, dan kedua, apakah Anda melihat semua kemewahan yang saya miliki? Apakah Anda pikir saya akan menyerahkan semuanya untuk Islam?"

"Ketika saya memikirkan jawabannya, saya berpikir tentang situasi saya sendiri juga," kenang Mwaipopo.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement