REPUBLIKA.CO.ID,
MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI DESTINASI HALAL DUNIA
Oleh Drs H Zainut Tauhid Sa’adi, MSi, Wakil Menteri Agama
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
سُبْحانَ مَنْ جَعَلَ أوّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لِلَّذِى ِبِبَكّةً مُبَاَرَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ. ورَفَعَ للمُؤْمِنِيْنَ عَلَماً بِالتَّكْبِيْرِ والتَّهْلِيْلِ والتَّحْمِيْدِ شِعَارًا لِهَذَا الديْنِ. وجَعَلَ أَعْظَمَ شَعّائِرِهِ حَجَّ بَيْتِهِ الحَراَمِ بِحَرَمِهِ الاَميِنِ سُبْحَانَ ربِّ العِزّةِ عمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَهِ رَبِّ العّالَمِيْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الَّلهُ الْعَزِيْزُ الرّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبيُّ الكريمُ. اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ على محمّدٍ الرسولِ السَّنَدِ العظِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الابْرَرِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَا أَيّهَا المُخْلِصِيْنَ إتّـقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ واعْلَمُوْا أنَّ اللهَ مَعَ المُتّقِيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنتُم بِهِ مُؤْمِنُونَ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tahun ini kita merayakan Idul Adha 1441H/2020M dalam suasana spesial dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana kita maklumi, saat ini dunia masih diliputi pandemi akibat virus Corona. Sementara itu, beberapa daerah di Indonesia, penyebaran Covid-19 masih menunjukkan gejala kenaikan dan ditetapkan sebagai zona merah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Bagi daerah yang berada di zona hijau atau aman dari Covid, kita berharap semoga segala usaha dan jerih payah yang dilakukan oleh anggota masyarakat maupun aparat pemerintah dalam menangani Covid-19 ini mendapat pertolongan Allah Rabbul Jalil.
Hari ini sudah semestinya kita bersyukur dan makin mendekat kepada Allah SWT, banyak berdoa dan zikir, karena Dia-lah yang menurunkan makhluk super-nano itu untuk menguji dan memberikan tantangan pada manusia: siapa yang lebih hebat dan penentu segala sesuatu, manusia-kah atau Allah yang Mahaagung.
Bagaimanapun, kemunculan virus Covid-19 ini benar-benar menyadarkan manusia akan kelemahan dirinya dan keharusan bergantung pada pencipta makhluk, Allah Rabbul Alamin.
Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu‘minin,
Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan penyelenggaraan haji tahun ini dilaksanakan secara terbatas, hanya berlaku bagi warga negara Saudi dan ekspatriat atau warga negara lain yang tinggal di Saudi. Sebelumnya pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk menangguhkan pemberangkatan jamaah haji tahun 2020. Bukan membatalkan haji. Memang keputusan ini terasa berat, terlebih jumlah antrean jamaah haji Indonesia yang sangat besar. Namun, demi perlindungan dan keselamatan jiwa para calon jamaah haji, insya Allah keputusan ini langkah terbaik dan membawa maslahah.
Kita tahu bahwa haji adalah ibadah massal dan kolosal. Bukan hanya saat pelaksanaan, melainkan sejak persiapan di Tanah Air. Berbagai kementerian dan instansi terlibat dalam persiapan ibadah haji. Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementrian Keuangan, TNI/Polri, MPR/DPR/DPD RI, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), maskapai penerbangan, biro travel/perjalanan haji, pemerintah daerah, perbankan, dan sebagainya.
Belum lagi kaitan dengan pemerintah Saudi yang bertanggung jawab dalam penyediaan transportasi, pemondokan/hotel, katering, visa, telekomunikasi, dan keamanan. Haji memang menjadi hajatan nasional yang penting dan menentukan. Karena itu, segala daya dikerahkan untuk kelancaran dan kesuksesan haji.
Dengan jamaah haji mencapai 231.000 tahun 2019, Indonesia menempati rangking pertama sebagai pengirim terbesar jumlah jamaah haji di dunia. Belum lagi potensi umrah yang tiap tahunnya memberangkatkan sekitar 1,2 juta jamaah. Maka, haji dan umrah merupakan sektor penting dalam hubungan diplomatik antardua negara, hubungan perdagangan, ekonomi, politik, sekaligus kerja sama di bidang keagamaan. Melihat besarnya potensi haji dan umrah itulah maka pemerintah Indonesia menetapkan sektor ini sebagai salah satu penggerak ekonomi nasional, ekonomi syariah, dan ekosistem halal di Indonesia.
اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Hadirin Jamaah Idul Adha yang Dimuliakan Allah
Optimisme Indonesia menjadi global hub (destinasi utama) ekonomi syariah dan produk halal dunia, bukan tanpa alasan. Pertama, Indonesia dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia membawa keuntungan tersendiri sebagai pangsa pasar halal yang sangat potensial dan menantang. Jumlah penduduk beragama Islam mencapai 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk Indonesia. Atau 13,1 persen dari seluruh muslim di dunia. Dari jumlah ini saja, permintaan akan produk dan jasa halal dipastikan akan terus meningkat. Artinya dengan ‘keuntungan demografik’ ini Indonesia memiliki kesempatan dalam pengembangan Industri halal dunia. Bahkan hanya bermain pada local market saja, sebenarnya cukup bagi Indonesia untuk memenangkan persaingan industri halal.
Alasan kedua, perkembangan ekonomi syariah sangat menjanjikan. Baik perbankan syariah, keuangan syariah, asuransi dan reksadana syariah, dan lain-lain. Market share perbankan syariah sudah di kisaran 5,7 persen, meski masih kalah jauh dari market share perbankan konvensional yang berada di 94,3 persen. Pertumbuhan perbankan syariah mencapai 14,6 persen secara tahun ke tahun. Sektor syariah lainnya juga berada pada dinamika yang positif dan menguntungkan.
Ketiga, ekosistem halal di Indonesia saat ini makin baik dan variatif. Ada makanan halal, pakaian muslim (islamic modest fashion), pariwisata halal (islamic tourism), pendidikan Islam, haji dan umrah, zakat, sedekah hingga wakaf (islamic philanthropy). Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Halal food punya potensi Rp2.300 triliun, islamic fashion potensinya hingga Rp190 triliun. Sementara pariwisata halal kisaran Rp 135 triliun, haji dan umrah sebesar Rp120 triliun, dan pendidikan memiliki potensi Rp 40 triliun.
Dalam ekosistem ini, produk halal meliputi pasar yang luas, tidak hanya identik dengan makanan dan minuman, namun telah menyentuh hampir semua lahan bisnis yang ada, mulai dari bahan baku (raw material), produk dan layanan kesehatan, kosmetik dan perawatan pribadi, properti, hotel, travel, media, pendidikan, dan jasa keuangan syariah. Memperkuat ekosistem ini, Indonesia telah menetapkan 10 sektor yang secara ekonomi dan bisnis berkontribusi besar dalam industri halal, yakni industri makanan, wisata dan perjalanan, pakaian dan fesyen, kosmetik, keuangan syariah, farmasi, media dan rekreasional, kebugaran, pendidikan, dan seni budaya.
Keempat, saat ini Indonesia sudah jadi pemain besar sebagai pengekspor produk halal ke negara-negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) dengan nilai 8,7 miliar dolar AS meski masih didominasi bahan mentah. Indonesia diakui oleh negara-negara OKI sebagai pemilik potensi yang besar dalam pengembangan industri halal. Ibaratnya, jika selesai masalah halal di Indonesia, selesai pula masalah dunia.
Karena itu, selain mengadakan kerja sama bisnis, para pengusaha Indonesia harus taat regulasi halal karena itu menjadi pintu masuk agar diterima oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah yang sangat memperhatikan sertifikasi halal.