Selasa 28 Jul 2020 19:58 WIB

Idul Adha, Wantim MUI Soroti Medsos Sampai Isu Radikalisme

Wantim MUI imbau maksimalkan Idul Adha untuk solidaritas atasi Covid-19.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Wantim MUI  imbau maksimalkan Idul Adha untuk solidaritas atasi Covid-19. Gedung MUI
Foto: MUI
Wantim MUI imbau maksimalkan Idul Adha untuk solidaritas atasi Covid-19. Gedung MUI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan tiga hal penting menjelang Idul Adha yang perlu diperhatikan umat. Ketiga hal ini diharapkan menjadi perhatian juga bagi segenap elemen, termasuk pemerintah.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Didin Hafidhuddin, mengatakan berdasarkan data dari berbagai sumber yang dihimpun MUI diketahui bahwa penggunaan media sosial semakin masif di Tanah Air. Penggunaan tersebut merata di ragam kalangan usia yang mana harus disikapi dengan dua pendekatan.

Baca Juga

“Tentu aspek positif dan negatifnya harus diperhatikan seksama atas penggunaan medsos yang marak ini,” kata KH Didin dalam Rapat Pleno ke-68 Dewan Pertimbangan MUI, melalui Zoom Meeting, Selasa (28/7).

Karena terdapat dua dampak yang ada, kata dia, MUI mengimbau kepada pemerintah untuk menindaklanjutinya dengan kebijakan dan undang-undang. Hal itu agar aspek negatif dampak bermedsos tidak lebih menonjol dibandingkan dampak positif yang ditimbulkannya.

Dia juga mengharapkan kepada para pimpinan organisasi masyarakat (ormas) Islam memiliki departemen dan divisi yang berkaitan dengan medsos guna  memperhatikan konten-konten seputar medsos. “Dan umat Islam, jangan sampai jadi korban dan pengguna medsos yang negatif,” ungkapnya.

Aspek kedua yang disoroti dalam rapat pleno ke-68 Dewan Pertimbangan MUI itu adalah tentang penggunaan isu radikalisme. Pihaknya menyayangkan bahwa isu radikalisme kerap dinarasikan untuk memojokkan umat dan tokoh-tokoh Islam.

Padahal Polri, lanjutnya, beberapa tahun lalu telah mengungkapkan bahwa radikalisme sama sekali tidak berkaitan dengan agama apapun. Bahkan, radikalisme ada di berbagai bidang baik itu sosial, ekonomi, bahkan politik.

Untuk itu secara khusus Dewan Pertimbangan MUI mengimbau seluruh elemen tidak memainkan isu radikalisme dengan memojokkan Islam atau golongan tertentu. Lebih baik energi bangsa dan masyarakat, kata dia, difokuskan dalam penanggulangan pandemi virus corona jenis baru (Covid-19).

Sedangkan aspek ketiga, mengenai Hari Raya Idul Adha, pihaknya mengimbau kepada umat Islam menyebarkan pesan yang membangun dan menumbuhkan semangat kebersamaan dan kesatuan berbangsa, beragama, dan bertanah air.

“Kami sudah pesankan kepada para khatib Idul Adha untuk memberikan ceramah-ceramah yang membangun, semangat busyro di saat Indonesia masih mengalami krisis Covid-19 ini,” pungkasnya.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Prof Din Syamsuddin, mengimbau kepada kaum Muslimin untuk memperhatikan substansi dari Hari Raya Qurban dibandingkan dengan seremonial semata. 

Idul Adha, kata dia, merupakan momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan diharapkan menjadi momentum menguatkan umat Islam untuk saling gotong royong dalam membantu masyarakat yang ekonominya terdampak Covid-19.

“Kami menyerukan agar umat Islam menekankan makna hakikat atau substansi Idul Qurban ini,” ujarnya.

Sedangkan tentang radikalisme, pihaknya meminta kepada seluruh elemen untuk tidak mengembangkan isu tersebut dengan memojokkan umat Islam. Sebab, tak sedikit dari ormas-ormas Islam yang berada di garda terdepan dalam menangkal radikalisme.

Di sisi lain, radikalisme juga kerap berada di aspek lainnya yang masih terjadi. Misalnya, kata dia, di bidang ekonomi terjadi radikalisme yang berujung pada ketidakadilan ekonomi bagi golongan masyarakat tertentu.

“Sebab ekonomi hanya dikuasai atau didominasi segelintir pihak, sehingga radikalisme ekonomi merupakan ekstremisme yang bermotifkan ketidakadilan,” ujar dia.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement