REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) kecewa dengan keputusan Turki yang mengubah status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid. Sebelumnya, AS mendesak Turki agar tetap mempertahankan Hagia Sophia sebagai museum untuk menjaga warisan budaya.
"Kami memahami bahwa Pemerintah Turki tetap berkomitmen untuk mempertahankan akses Hagia Sophia untuk semua pengunjung, dan kami berharap ada rencana untuk melanjutkan pengelolaan Hagia Sophia serta memastikan tetap membuka akses tanpa hambatan untuk semua," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus, Sabtu (11/7).
Pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum. Langkah ini membuka jalan bagi Hagia Sophia agar digunakan kembali sebagai masjid setelah 85 tahun.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium. Kemudian bangunan itu berubah menjadi masjid setelah penaklukannya atas Istanbul pada tahun 1453. Pada 1935, Hagia Sophia diubah menjadi museum.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, meski telah menjadi masjid, pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka bagi siapa pun termasuk orang asing dan non Muslim. Dia menambahkan, Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya sebagai masjid. Selain itu, dia meminta semua pihak menghormati keputusan yang diambil oleh pengadilan terkait perubahan status Hagia Sophia.
"Saya meminta semua orang untuk menghormati keputusan yang diambil oleh badan pengadilan dan eksekutif Turki mengenai status Hagia Sophia," ujar Erdogan.
Erdogan menambahkan, saat ini semua orang dari berbagai kalangan dan agama dapat mengunjungi Hagia Sophia tanpa harus membayar tiket. Dia menegaskan, perubahan status Hagia Sophia tidak akan menghapus warisan budaya umat manusia.