REPUBLIKA.CO.ID,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : المَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ ، مَا لَمْ يُحْدِثْ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ ، لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ ، لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا الصَّلاَةُ
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya salah seorang di antara kalian (terhitung) di dalam sholat selama tertahan oleh sholat sedang para malaikat mendoakan mereka: 'Ya Allah, ampunilah dia; ya Allah rahmati dia, selama dia tidak berdiri dari tempat sholatnya atau berhadas (batal wudhunya)'. Salah seorang di antara kalian senantiasa (terhitung) di dalam sholat selama ia tertahan oleh sholat, tidak menghalanginya untuk kembali kepada keluarganya kecuali sholat." (HR Bukhari).
Sholat tepat waktu adalah keutamaan. Keutamaannya akan berlipat apabila sholat tepat waktu tersebut dilakukan di masjid dan berjamaah. Keutamaan ini akan berlipat lagi tatkala kita mempersiapkan diri sebelum melaksanakannya dengan menunggu sebelum azan berkumandang. Mengapa menunggu sholat menjadi sebuah keutamaan? Ada empat alasan yaitu sebagai berikut.
Pertama, menunggu sholat adalah bukti kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya. Sebagai analogi, seseorang yang sedang dimabuk cinta akan senantiasa merindukan perjumpaan dengan yang dicintainya. Tatkala ada janji bertemu, ia akan berusaha untuk tidak terlambat. Begitu pula saat kita merindukan Allah, kita akan selalu menunggu berjumpa dengan-Nya dan akan selalu menunggu perjumpaan itu.
Kedua, menunggu waktu sholat akan membuka kesempatan bagi kita untuk melakukan banyak kebaikan lainnya, seperti membaca Alquran, itikaf, berdzikir, membereskan tempat sholat, dan lainnya. Ketiga, saat menunggu sholat kemungkinan bermaksiat menjadi sangat kecil minimal maksiat secara fisik.
Keempat, saat menunggu sholat kita akan berusaha menjaga kebersihan diri dan hati. Bukankah salah satu syarat sahnya sholat adalah bersih badan dan tempat sholat dari kotoran dan najis? Karena itu, Rasulullah SAW menjanjikan bahwa seseorang dikategorikan sedang sholat, tatkala ia meniatkan diri menunggu datangnya waktu sholat.
Bahkan, saat itu para malaikat terus melantunkan doa agar kita dirahmati Allah SWT. Hadits ini akan lebih aplikatif dan bernilai sosial andai tenggat waktu menunggu tersebut makna dan cakupannya diperluas. Pemaknaannya tidak sekadar menunggu sholat di masjid, tapi menempatkan semua aktivitas hidup dalam kerangka menunggu datangnya waktu sholat. Hidup kita, hakikatnya, adalah perpindahan dari satu sholat ke sholat lainnya.
Alangkah indahnya bila kita mampu mengubah paradigma berpikir bahwa seluruh aktivitas hidup kita (kerja, sekolah, tidur, bermain, dsb.) adalah "aktivitas sampingan" dari sholat. Bila paradigma berpikir ini digunakan, maka "tak akan sekalipun" kita melalaikan kumandang azan, karena itulah kerja utama kita. Yang tak kalah penting, semua aktivitas kita di luar sholat insya Allah akan makin berkualitas karena dilandasi nilai mahabatullah, nilai zikir, nilai amal ma'ruf nahyi munkar, dan selalu terjaganya kebersihan diri. Boleh jadi, semua aktivitas kita akan bernilai sholat, karena kita meniatkannya sebagai aktivitas "menanti" untuk berjumpa dengan Allah SWT.