REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pengadilan Turki setelah melakukan sidang kilat, hanya berlangsung 17 menit, memutuskan menunda keputusan kontroversial tentang transformasi Hagia Sophia menjadi masjid. Keputusan diharapkan muncul dalam dua minggu ke depan.
Patriark Ekumenis Bartholomew I baru-baru ini juga ikut campur dalam masalah tersebut. Ia memperingatkan risiko konflik antara Kristen dan Muslim dalam kasus konversi bangunan tersebut menjadi rumah ibadah Islam. Sementara gagasan pembagian bangunan yang diusulkan oleh patriark Armenia tidak didengarkan.
Setelah menyelesaikan akuisisi dokumen, Dewan Negara, yang memiliki posisi tertinggi dalam hal administrasi, mengatakan putusan akan dikeluarkan dalam kurun waktu 15 hari. Dilansir di Asia News, beberapa sumber melaporkan penundaan disebabkan dalam beberapa menit terakhir muncul tekanan internasional terhadap Turki.
Karena itu, nasib bangunan bersejarah di Istanbul ini tetap tidak aktif. Selama berabad-abad bangunan ini merupakan sebuah katedral. Kemudian berubah menjadi masjid setelah penangkapan Konstantinopel pada 1453. Hingga akhirnya diubah menjadi museum oleh Presiden pertama Kemal Ataturk, ayah dari Turki modern.
Ketegangan di sekitar bangunan telah meningkat setelah keputusan alih fungsi ini didukung oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan. Ia menjadikan nasionalisme dan Islam sebagai senjata mempertahankan kekuasaan, dan bertujuan melaksanakan ibadah bagi umat Muslim di dalam bangunan.
Pada hari-hari berikutnya, sebuah survei diterbitkan, dan menyatakan 73 persen orang Turki akan memilih transformasi Hagia Sophia menjadi masjid. Menurut media Turki, pemerintah dapat membuat Hagia Sophia terbuka untuk wisatawan, sembari mengubahnya menjadi tempat ibadah seperti halnya Masjid Biru, yang berdiri tepat di seberang bekas basilika.
Seorang sumber di Hurriyet mengatakan hari yang dijadwalkan untuk upacara resmi atau pengumuman harus dilakukan pada 15 Juli. Tanggal itu bertepatan dengan ulang tahun keempat kudeta yang gagal.