REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Banyak masjid di seluruh Inggris yang akan membuka kembali pintunya pada 4 Juli 2020 mendatang. Masjid akan kembali dibuka setelah pemerintah memberikan lampu hijau untuk pertemuan lebih dari 30 orang di tempat-tempat ibadah dan bangunan di sekitarnya.
Dalam panduan yang diterbitkan Senin (29/6), Kementerian Perumahan, Komunitas dan pemerintah Setempat mengatakan meskipun masjid dapat dibuka kembali, mereka harus tetap mematuhi pedoman jarak sosial yang akan menjadi dua meter atau satu meter dengan mitigasi risiko. Pemerintah mengatakan, tempat-tempat ibadah dan komunitas agama harus mengadaptasi layanan keagamaan, terutama di mana acara akan dilakukan selama beberapa jam atau hari.
Hal itu untuk memastikan keselamatan mereka yang hadir dan meminimalkan penyebaran infeksi. Selain itu, disarankan agar acara dan layanan keagamaan harus diselesaikan dalam waktu singkat yang masuk akal.
"Setelah selesai, peserta harus segera berpindah untuk menimimalkan risiko kontak dan penyebaran infeksi. Jika sesuai, Anda harus mengonfigurasi ulang ruang untuk memungkinkan jamaah duduk daripada berdiri yang mengurangi risiko kontak," demikian pernyataan pemerintah Inggris, dilansir di 5 Pillars, Selasa (30/6).
Jika memungkinkan, tempat ibadah direkomendasikan untuk melewatkan ibadah atau acara lain guna menghindari pertemuan besar dan untuk terus menjangkau orang-orang yang terisolasi sendiri atau sangat rentan terhadap Covid-19. Pemerintah juga menyarankan pedoman lainnya. Di antaranya, individu diimbau tidak menyentuh atau mencium benda yang disentuh banyak orang. Jamaah diimbau membawa sajadah, teks keagamaan atau bahan ibadah sendiri.
Selanjutnya, masjid diminta menghindari pembagian makanan dan imam tidak boleh memberikan sumbangan uang tunai, tetapi dengan sumbangan online atau tanpa kontak. Selanjutnya, kegiatan wudhu tidak boleh dilakukan di tempat ibadah, tetapi dilakukan di rumah.
Di samping itu, orang yang menunjukkan gejala Covid-19 tidak boleh menghadiri tempat ibadah. Begitu pula dengan kelompok berisiko seperti orang lanjut usia (lansia) yang disarankan untuk tinggal di rumah.
Menanggapi pedoman pemerintah tersebut, Dewan Muslim Inggris (MCB) mengatakan masjid tidak boleh terburu-buru untuk dibuka kembali. Sekretaris jenderal MCB, Harun Khan, mengatakan umat Islam dapat kembali ke masjid untuk beribadah mulai akhir pekan ini. Menurutnya, publikasi panduan pemerintah Inggris tentang cara melakukan pembukaan kembali dengan aman itu disambut baik. Hanya saja, ia menyarankan masjid tidak tergesa-gesa membuka kembali pintunya.
"Masjid tidak boleh merasa tergesa-gesa untuk dibuka kembali, tetapi hanya harus mengambil langkah ini ketika mereka merasa aman untuk melakukannya dalam konteks pribadi mereka. Panduan 9 langkah MCB untuk membuka kembali memiliki saran praktis khusus untuk masjid tentang hal ini," kata Harun Khan.
Ia mengatakan, sangat penting masyarakat harus mengambil semua tindakan pencegahan praktis. Hal itu dari mulai anggota yang tidak hadir jika mereka berisiko tinggi, hingga para pemimpin masjid yang tidak membuka kembali pintu hingga mereka dapat menerapkan semua langkah yang diperlukan saat masjid dibuka.
"Dengan ancaman gelombang kedua yang selalu ada, kita harus terus melakukan semua yang kita bisa untuk memastikan pelestarian kehidupan adalah prioritas kita," ujarnya.
Meskipun banyak masjid diperkirakan akan dibuka kembali mulai 4 Juli dan seterusnya, 5Pillars mengatakan tidak mengetahui adanya pengumuman resmi untuk menanggapinya. Namun, masjid-masjid telah mengatakan kepada jamaah bahwa mereka tengah bekerja untuk memastikan pembukaan kembali yang aman sedini mungkin. Sementara itu, penilaian risiko tengah dilakukan dan prosedur baru tengah dirumuskan untuk mematuhi pedoman kesehatan masyarakat.
Asosiasi Islam London Utara, misalnya, yang mengatakan kepada jamaahnya bahwa akan ada perubahan penting dibanding dulu ketika masjid akhirnya dibuka kembali. Pihaknya mengatakan, akan ada kebutuhan untuk menerapkan tindakan sosial yang menjaga jarak dan kebersihan yang ketat.
"Tak pelak ruang yang tersedia akan membatasi jumlah peserta, dan beberapa dari kita yang secara individual berisiko lebih tinggi perlu berhati-hati menghadiri pertemuan," kata asosiasi tersebut.