Ahad 28 Jun 2020 06:27 WIB

3 Tawaran Sikap Qurani Hadapi Perubahan Sosial Covid-19

Covid-19 berdampak pada perubahan sosial tatanan masyarakat.

Covid-19 berdampak pada perubahan sosial tatanan masyarakat. Ilustrasi perubahan sosial di masjid.
Foto:

Allah SWT memerintahkan kita untuk makan bila lapar, minum bila haus, mencari obat bila sakit, dan menjaga kesehatan serta waspada terhadap segala yang menyebabkan kita celaka dan sakit (termasuk waspada dan berikhtiar dalam menanggulangi wabah corona) .

Kemudian Allah juga memerintahkan kita untuk mengetahui dengan ilmul yakin bahwa tidak ada satupun yang berbuat sesuatu selain Allah, tiada sesuatu berpengaruh selain dengan sunatullah. Kita juga diperintahkan untuk meyakini bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan memerintahkan segala sesuatu di alam ini untuk menjalankan tugas sesuai amanah yang dititipkan padanya sebagai firman-Nya: أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ ‘Ketahuilah, dia hanya milik-Nya segenap makhluk dan segenap urusan. (QS Al-A’raaf: 54) 

Perubahan sosial diakibatkan Covid-19 merupakan bagian dari sunatullah, kita sebagai makhluk hidup tidak bisa menghindar dari sunatullah ini. Di hadapan kita, paling tidak, ada tiga hal yang sebaiknya dilakukan.

Pertama, mengerahkan segala daya upaya untuk mempelajari sunatullah atau hukum alam ini melalui ilmu pengetahuan atau teknologi, sehingga kita bisa menemukan rahasia di balik Covid-19 dan bisa merespons secara positif segala perubahan yang ditimbulkannya. Jangan sampai terjadi merespons virus corona ini memunculkan virus lainnya yang lebih berbahaya, seperti dekadensi moral dan hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sosial.  

Kedua kita sebagai umat Islam (orang yang tunduk kepada kekuasaan Allah) harus bertawakkal dalam pengertian sadar dengan sesadar-sadarnya  bahwa dalam hidup ini ada hukum (sistem) yang berlaku di luar kehendak manusia, sehingga dalam segala ikhtiar itu senantiasa dikembalikan kepada Allah SWT.  

Ikhtiar dan tawakkal telah dicontohkan nabi Yusuf AS tatkala mengajarkan masyarakat Mesir menghadapi musim paceklik. Yusuf AS mendapat informasi bahwa masyarakat Mesir akan menghadapi tujuh tahun masa sulit. Masa sulit itu merupakan siklus kehidupan yang tidak bisa dihindarinya, maka Yusuf mengajarkan mereka untuk bercocok tanam dan menuainya  secara baik selama tujuh tahun pula, ternyata masa sulit itu benar-benar datang, maka bahan pangan cadangan yang sudah disimpan selama tujuh tahun bisa dipergunakan untuk menutup kebutuhan pangan selama masa sulit itu. (Perhatikan QS Yusuf: 43-49). 

Ketiga, pintar-pintar mengambil hikmah di balik Covid-19. Sewaktu virus corona muncul, lalu diikuti himbauan pemerintah agar tidak keluar rumah, banyak mengejutkan manusia dan banyak masyarakat yang tidak mau menerima kenyataan ini, karena tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya, tidak bisa melakukan ibadah sebagaimana biasanya, dosen/guru tidak bisa bertatapmuka langsung dengan mahasiswa/muridnya, dan tidak bisa berinteraksi sosial  sebagaimana lazimnya.

photo
Prof Dr Syihabuddin Qalyubi, Lc, MAg guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. - (Dok Istimewa)

 

Keadaan ini secara pelan-pelan sudah bisa ditangkap hikmahnya oleh sebagian anggota masyarakat, bahwa masyarakat di Covid-19 ini membutuhkan masker dalam jumlah cukup banyak, sehingga bisa dijadikannya sebagai pangsa pasar baru. 

Umat Islam tidak bisa melaksanakan ibadah secara berjamaah di mesjid membuat suasana ibadah di rumah menjadi semakin bergairah. Dosen/guru tidak bisa bertatap langsung dengan mahasiswa/muridnya bisa memacu untuk semakin terampil menggunakan IT sebagai media pembelajarannya, di samping itu dosen/guru mempunyai waktu yang cukup untuk membuat karya ilmiah dan karya lainnya. Masyarakat tidak bisa saling  berkomunikasi langsung untuk rapat, kegiatan ilmiah dan kegiatan lainnya bisa digantikannya dengan komunikasi via Zoom, Google Hangsouts Meet, Cisco Webex dan lainnya.   

 

Perubahan sosial ini sudah barang tentu harus dijalani secara bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena berhubungan dengan perubahan nilai, budaya, dan perilaku masyarakat. Semoga kita bisa melampaui masa pasca Covid-19 dengan lancar dan tidak menimbulkan efek samping yang merugikan kehidupan bermasyarakat, beragama, dan bernegara. Amin

 

*Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement