Rabu 24 Jun 2020 23:40 WIB

Beratnya Tanggung Jawab Pemimpin, Bebannya Hingga Akhirat

Seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Ilustrasi pemimpin umat.
Foto: Republika
Seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Ilustrasi pemimpin umat.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai pemimpin, Kita dalam tingkatan masing-masing, mulai dari pemimpin keluarga, jemaah, desa, hingga ke tingkat negara, dituntut untuk menjalankan amanat sebaik-baiknya. 

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Abu Wail Syaqiq Bin Salamah bahwasanya ketika Umar ra menugaskan Busyur ibnu Asim ra untuk mengurus sedekah suku Hawazin, tetapi Busyur tidak mau menerimanya. Ketika ditanya, ''Mengapa kamu tidak mau menerimanya?'' Busyur menjawab, ''Seharusnya aku menaati perintahmu, tetapi aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda, 'Barang siapa yang dibebani mengurus suatu urusan kaum Muslimin, maka di hari Kiamat kelak ia akan diberdirikan di tepi jembatan neraka Jahanam. jika ia melaksanakan tugasnya itu dengan baik, ia akan selamat. Namun, jika ia tidak melaksanakannya dengan baik, ia akan dilemparkan ke bawah jembatan Jahannam itu dan akan terpelanting ke dalamnya selama 70 tahun'.''

Baca Juga

Lalu Umar keluar dengan wajah susah, ketika Abu Zar bertanya kepadanya, ''Mengapa Anda terlihat amat susah? Umar pun menceritakan bahwa kesusahannya karena ia telah mendengar sabda Rasulullah tersebut di atas yang disampaikan oleh Busyur Asim. Lalu Abu Zar pun membenarkan bahwa ia juga pernah mendengar hadis serupa. (At-Targib jilid III, halaman 441). Setidaknya ada dua pelajaran yang dapat di ambil dari hadis tersebut.

Pertama, hendaknya seorang muslim mampu secara jujur menakar kemampuannya dalam menjalankan suatu tugas kepemimpinan (mengurus urusan umat) yang dibebankan kepadanya. Sehingga apabila ia merasa tidak mampu atau tidak sanggup lagi untuk menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik, hendaklah ia menolak atau menyerahkannya kepada orang lain.

Kedua, seorang Muslim hendaknya benar-benar takut terhadap ancaman siksa neraka yang disampaikan oleh Rasulullah atas suatu perkara, dengan landasan keimanan. Sikap seperti inilah yang ditunjukan oleh Umar ra dalam bentuk kegusaran atau kesusahan ketika mendengar hadits yang tidak ia dengar langsung dari Rasulullah SAW.

Jika tidak mampu, lebih baik menyerahkannya kepada yang lebih mampu. Akhirnya hanya orang-orang yang memiliki kemampuan dan tanggung jawablah yang menjadi pemimpin sehingga segala urusan kaum Muslimin akan terurus dengan baik, serta akan mengantarkan diri para pemimpinnya itu menjadi pemimpin yang selamat di dunia dan di akhirat. Bila tidak, segala urusan kaum Muslimin akan mengalami kekacauan dan pemimpinnya pun akan menanggung siksa di akhirat.

 

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement