REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali menyalurkan bantuan kepada guru honorer di Tasikmalaya. Kali ini, bantuan itu diberikan kepada seorang guru honerer bernama Aip Saripudin, yang menyandang tunanetra.
Tim Program ACT Tasikmalaya, M Fauzi Ridwan mengatakan, Aip telah 15 tahun menjadi guru honorer di Madrasah Diniyyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) An-Nur Arruqoyah, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya. Di tengah keterbatasan penghilatannya, lelaki berusia 49 tahun itu tetap mengajar mata pelajaran hafalan Alquran, hadis, dan fiqih, kepada anak-anak.
Selama mengajar, Aip hanya dibayar Rp 10 ribu per bulan dari setiap anak yang diajarnya. Untuk menghidupi keluarganya, guru honorer itu mengajar sambil berjualan makanan di sekolah.
"Untuk mengapresiasi pengabdian Aip selama belasan tahun menjadi guru honorer, Tim ACT Tasikmalaya menyerahkan bantuan biaya hidup," kata Fauzi melalui keterangan resmi kepada Republika, Rabu (17/7).
Ia mengatakan, Aip hanya satu dari ratusan guru honorer yang dibantu ACT Tasikmalaya. Menurut dia, selama 2020 sudah 200 orang guru honorer yang diberikan bantuan biaya hidup.
"Alhamdulillah selama tahun 2020 hingga hari ini sudah 200 orang guru yang menerima manfaat dari bantuan biaya hidup guru ini melalui program Sahabat Guru Indonesia (SGI) ACT,” kata Fauzi.
Sementara itu, Aip mengaku bersyukur menerima bantuan dari ACT. Bantuan itu sangat berguna bagi guru honorer yang memiliki penghasilan terbatas.
Kendati berpenghasilan rendah, Aip mengaku ikhlas dalam mengajar anak-anak. Ia memiliki harapan besar untuk memajukan umat. “Harapan saya mengajar dan mencerdaskan anak-anak tak lain hanya ingin lebih memajukan umat," kata dia.
Ia berkisah, matanya tak bisa melihat dengan normal sejak lulus SD. Ia terserang penyakit mata yang mengakibatkan mata kanannya tidak bisa melihat dan mata kirinya buram. Namun semangat untuk mencerdaskan generasi muda bangsa.