Kamis 18 Jun 2020 04:00 WIB
Edisi Syawal

Tetap Tegar Meski Disiksa Demi Sebuah Keyakinan

Tetap tegar mempertahankan keimanan meski dibakar dan dijemur di padang pasir.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
Tetap Tegar Meski Disiksa Demi Sebuah Keyakinan. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Tetap Tegar Meski Disiksa Demi Sebuah Keyakinan. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Ia pernah dibakar, disalib, dijemur di padang pasir, hingga dibenamkan dalam air. Namun, keyakinannya tetap teguh. Tubuhnya sudah terlanjur dipenuhi iman hingga ke tulang.

Itulah keteguhan iman seorang sahabat nabi bernama Ammar bin Yasir. Ia adalah anak dari Yasir bin Amir dan Summayah binti Khayyath.

Baca Juga

Ummu Ayesha dalam Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad saw (2017), mengatakan, keluarga syuhada itu hidup miskin. Yasir merupakan pendatang miskin dari Yaman menuju Makkah. Sedangkan Summayah adalah budak. Kehidupan serba susah pun mesti dilalui Ammar sejak kecil.

Ammar dan keluarganya memeluk Islam pada masa awal Nabi Muhammad SAW berdakwah. Ia pun mendapat siksaan oleh kaum kafir karena memeluk Islam

Namun, karena kemiskinannya, siksaan yang mereka dapati sangat kejam. Kontras dengan penyiksaan yang didapat keluarga kaya, atau keluarga terpandang.

Siksaan terhadap keluarga Ammar, tulis Ummu Ayesha, adalah dijemur hampir setiap hari di padang pasir Makkah. Rasulullah sampai bersedih melihat pedihnya penderitaan mereka.

Penyiksaan paling pedih diterima Ammar. Ia dibakar oleh kaum kafir. Nabi yang melihat peristiwa itu langsung berujar, "Wahai api, jadilah kamu sesejuk dan menyegarkan tubuh Ammar, sebagaimana kamu dulu juga sejuk dan menyegarkan tubuh Ibrahim."

Iman Ammar pun semakin kokoh. Tapi para penyiksanya juga semakin menggila. Berbagai siksaan diberikan. Mulai dari dibakar, disalib, dijemur di padang pasir, hingga dibenamkan dalam air. Ammar diminta untuk meninggal Allah SWT. "Pujilah Tuhan-Tuhan kami!" kata para penyiksa.

Pada satu titik, kondisi Ammar hampir tak sadarkan diri. Di luar kesadarannya ia mengikuti ucapan para penyiksanya. Saat kesadarannya pulih, Ammar menangis dan memohon ampun pada Allah. Dia juga takut semua pengorbanan keluarganya jadi tak bernilai di hadapan Allah.

Kejadian itu sampai di telinga nabi. Kepada nabi, Ammar mengakuinya dengan setengah meratap. Ia sungguh menyesal.

Rasulullah pun memahami semua perkataan Ammar kepada penyiksanya itu tidaklah dari hati. Ammar melakukan itu dalam kondisi terpaksa, sedangkan hatinya tetap dalam keimanan. "Jika mereka menyiksamu lagi, katakan apa yang kamu katakan tadi," kata nabi.

Allah pun berfirman terkait kondisi Ammar itu dalam Surat An-Nahl:106, "Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh pada keimanan."

Mendengar hal itu, Ammar semakin teguh imannya. Ia hadapi semua siksaan dengan sabar.

Atas keteguhan imannya itu, Rasulullah sempat memuji Ammar di hadapan para sahabat. "Tubuh Ammar ini, hingga ke tulang-tulangnya penuh dengan iman," kata nabi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement