REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER— Pesantren Nurul Islam (Nuris) di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember mengantisipasi penerapan new normal pesantren. Hal ini menyusul santri yang akan kembali ke pesantren pada pertengahan Juni.
Humas Ponpes Nuris, Gus Abdurrahman, mengatakan pihak pesantren juga sudah mengantisipasi penumpukan santri yang akan kembali ke pesantren dengan mengatur jadwal sedemikian rupa yakni untuk santri lembaga SMP, SMA, dan SMK kembali ke pesantren pada 6 Juni 2020 dengan jadwal santri putra pada pukul 07.00-13.00 WIB, sedangkan santri putri pada pukul 13.00-20.00 WIB.
Sedangkan untuk lembaga MTs dan MA unggulan juga dijadwalkan pada 7 Juni 2020 dengan jadwal santri putra pukul 07.00 - 13.00 WIB dan santri putri pada pukul 13.00 - 20.00 WIB.
Santri yang kembali ke Ponpes Nuris juga hanya boleh didampingi maksimal dua orang dan pendamping atau wali santri mengantarkan sampai pintu gerbang utama, sehingga tidak diperbolehkan masuk ke areal pesantren.
Sebelum masuk pesantren, santri juga dicek suhu tubuhnya dan seluruh barang bawaannya disemprot dengan disinfektan, serta santri wajib menggunakan masker dan mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan selama di pesantren.
"Pesantren Nuris sudah siap menerapkan normal baru di tengah pandemi Covid-19 dengan berbagai peraturan sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah," katanya.
Berbagai sarana dan anjuran pemerintah untuk mendukung penerapan protokol kesehatan juga sudah disediakan seperti tempat cuci tangan, bilik disinfektan, penyemprotan disinfektan di pesantren secara berkala, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara ketat kepada santri.
Jumlah pesantren yang diasuh KH Muhyiddin Abdusshomad yang juga Rais Syuriah PCNU Jember itu mencapai 3 ribu santri dengan lima asrama yang terdiri dari dua asrama putri dan tiga asrama putra dengan lahan seluas 25 hektare.
Menghadapi era normal baru, Ponpes Nuris terpaksa harus mengurangi kegiatan yang biasa dilakukan di pesantren dan menambah jam istirahat untuk menjaga agar daya tahan tubuh santri tetap prima dan tidak mudah sakit.
Biasanya aktivitas belajar santri cukup padat dimulai pukul 07.00 WIB hingga jam 15.30 WIB, namun kini pihak pesantren mengurangi kegiatan santri tiga jam dan paginya kegiatan santri diisi dengan senam bersama untuk tetap menjaga kesehatan santri dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Selain itu, pola pembelajaran di kelas juga harus disesuaikan dengan mengurangi jumlah santri setiap kelasnya yang berisi 30 santri, sehingga harus dibagi menjadi dua kelas dengan memperbanyak kegiatan belajar di ruang terbuka, agar santri tidak menumpuk di satu kelas.
"Kegiatan di pesantren juga tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan menjaga jarak antar santri dan menjaga agar santri tidak mudah sakit, sehingga santri diimbau untuk membawa vitamin C sebagai suplemen," katanya.
Pihak pesantren juga tidak memperbolehkan santri bertemu langsung dengan orang tuanya saat mengantarkan barang untuk menghindari penyebaran Covid-19 dan barang tersebut akan diantarkan petugas pesantren kepada santri, bahkan wali santri tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesantren.
Ponpes Nuris berusaha maksimal untuk melakukan kebijakan pencegahan terpaparnya santri dari virus Corona, sehingga memfasilitasi agar santri tetap bisa berkomunikasi jarak jauh dengan orang tuanya karena santri dilarang membawa telepon genggam di dalam pesantren.
Sebagian besar atau sekitar 70 persen santri yang berada di pesantren Nuris berasal dari Kabupaten Jember, sedangkan sisanya berasal dari luar Jember, bahkan ada 20 santri yang berasal dari Thailand tidak diperbolehkan pulang ke negaranya pada masa pandemi Covid-19, termasuk native speaker dari Mesir diminta tidak pulang ke Mesir.
Biasanya para santri dari Thailand tersebut pulang setahun sekali saat libur tahun ajaran baru, namun saat pandemi mereka dilarang pulang agar pihak pesantren bisa mengontrol kesehatan para santri tersebut.
Gus Abdurahman mengatakan kegiatan santri di Ponpes Nuris kini lebih banyak waktu untuk istirahat atau relaksasi dan kegiatan berolahraga, namun tetap kegiatan belajar agama di pesantren menjadi prioritas yang harus dipelajari para santri.
Secara berkala santri juga dicek suhu tubuhnya dan penyemprotan disinfektan juga dilakukan di masing-masing kamar, sehingga berbagai ikhtiar yang dilakukan pengurus pesantren dan santri diharapkan dapat mencegah penyebaran virus Corona yang dapat mematikan tersebut.
Dia berharap pemerintah juga memberikan alokasi anggaran kepada pesantren di tengah pandemi Covid-19 untuk penyediaan pos kesehatan pesantren atau klinik pesantren yang saat ini minim dimiliki pesantren.
Tes cepat
Pemerintah Kabupaten Jember menyiapkan sebanyak 50 ribu tes cepat Covid-19 untuk santri yang tersebar di 600 lebih pondok pesantren di wilayah setempat sebelum santri tersebut masuk pesantren untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Wakil Bupati Jember, Abdul Muqit Arief, mengatakan tes cepat Covid-19 merupakan upaya untuk menjamin kesehatan dan keselamatan para santri yang akan kembali menimba ilmu di pondok pesantren.
"Tes cepat Covid-19 dilakukan untuk mencegah munculnya kluster baru di pesantren karena para santri berkumpul selama 24 jam, sehingga santri harus disiapkan kondisinya benar-benar sehat dan aman dari Corona saat masuk pesantren," ucap Wabup yang juga Pengasuh Ponpes Al-Falah itu.
Menurutnya, Pemkab Jember juga akan melakukan penyemprotan disinfektan di pesantren, namun tidak kalah pentingnya ponpes secara mandiri melakukan langkah preventif menghindari penyebaran Covid-19 melakukan penyemprotan sendiri dan menerapkan protokol kesehatan.