Jumat 12 Jun 2020 17:25 WIB

Permata Kemuliaan untuk Mereka yang Gemar Takziyah

Pahala mereka yang gemar takziyah adalah berupa permata kemuliaan di akhirat.

Pahala mereka yang gemar takziyah adalah berupa permata kemuliaan di akhirat. Muslim saat melakukan ziarah kubur (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pahala mereka yang gemar takziyah adalah berupa permata kemuliaan di akhirat. Muslim saat melakukan ziarah kubur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Takziyah boleh jadi dianggap hal yang sepele oleh sebagian kalangan. Sikap seperti ini kemungkinan besar karena takziyah masih dianggap sebagai aktivitas yang kurang bermanfaat secara langsung dan cenderung hanya membuang-buang waktu. Akibatnya, banyak orang yang tidak melakukan takziyah, meski orang yang baru mendapatkan musibah itu berada di sekitar tempat tinggalnya.  

Takziyah berasal dari kata 'azza-yu'azzi yang artinya berduka cita atau berbela sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.

Baca Juga

Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. 

Lebih dari itu, takziyah adalah aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah SWT berfirman: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ  ''Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan.'' (QS Al-Maidah:2)

Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi bagi yang melakukannya. Beliau bersabda: 

((ما من مؤمنٍ يعزِّي أخاهُ بمصيبتِهِ إلَّا كساهُ اللَّهُ عزَّ وجلَّ من حُلَلِ الكرامةِ يومَ القيامةِ))

 ''Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan takziyah atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan pada hari kiamat.'' (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

Dalam kehidupan modern yang didominasi oleh materialisme dan konsumtivisme, kedudukan takziyah menjadi sangat strategis. Melalui takziyah, derasnya pengaruh materialisme dan konsumtivisme itu bisa ditangkal. Kehidupan materialisme cenderung melupakan orang dari kematian. 

Paling tidak, dengan sering-sering takziyah, setiap orang menjadi ingat bahwa setiap manusia akan mati. Tak ada satu pun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya, selain sebagai wujud hubungan baik antarmanusia, takziyah juga merupakan media untuk mengingatkan manusia terhadap sesuatu yang pasti, yaitu kematian.

Dengan sering melakukan takziyah, seseorang terdorong untuk ber-muhasabah (introspeksi) atas semua aktivitas yang telah dilakukannya. Semakin sering takziyah dilakukan, semakin kuat pula keyakinan akan datangnya kematian. Jika demikian, akan semakin tumbuh semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik dan amal saleh. Pendek kata, takziyah adalah sumber inisiatif positif yang mengarahkan manusia menjadi hamba Allah yang saleh dan bertakwa.

Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah sebuah kepastian. Apa pun yang kita cari dan usahakan hendaknya tidak melupakan kita dari kematian. Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada kita bahwa takziyah adalah media efektif dalam meringankan beban sesama dan mengingat kematian. Kita tidak boleh segan meluangkan waktu sejenak untuk bertakziyah kepada saudara kita.

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement