Jumat 12 Jun 2020 04:45 WIB

Respons Mengejutkan Warga Amerika Serikat Terhadap Islam 

Warga Amerika Serikat menyikapi berbeda Islam sejak 11/9.

Kelompok Muslim Amerika Serikat mengampanyekan anti Islamofobia
Foto:

Karim Irfan, ketua CIOGC, menyatakan bahwa sepanjang sejarah AS, baru kinilah masyarakat AS ter-ekspos terhadap Islam dan kaum Muslim. Islam kini bukan saja sesuatu hal yang abstrak dan berada di luar perbatasan AS, namun adalah bagian yang nyata dari masyarakat AS sendiri, walaupun ini baru terkonsentrasi di beberapa negara bagian (terutama Illinois, New York, dan California), namun di jajaran militer AS sendiri kini ada 10 ribu Muslim.

Hal ini, lanjut Karim, menimbulkan ''maturitas'' komunitas Muslim di AS dan pengakuan di masyarakat AS terhadap kekuatan mendasar komunitas Islam kami (inherent power of our community) yang pada akhirnya akan mengubah konstelasi politik, sosial, dan ekonomi AS.

Sebegitu tingginya kepercayaan diri komunitas Islam sehingga mereka dapat mendorong balik (push back) gerakan kelompok tertentu yang cenderung tidak toleran terhadap Muslim.

Peserta dialog lain menimpali bahwa sangat sedikit bahkan hampir tidak ada warga Muslim AS yang terlibat terorisme, dan bahkan kalau dihitung lebih banyak teroris warga AS yang berasal dari kelompok lain, misalnya gerakan supremasi kulit putih.

Yang menyentuh hati adalah pandangan mereka terhadap Indonesia, yang menurut seorang peserta adalah '''shining example of an Islamic community worldwide". Peserta lain menyatakan bahwa Islam di mana-mana sama, dari Arabia ke Amerika, namun umat Islam di Indonesia mempunyai peran dan tradisi yang unik. Apa yang dilakukan umat Islam di Indonesia dipantau umat Islam sedunia dan dijadikan takaran sekaligus cermin bagi conscience umat muslim di mana pun.

Dialog selama dua jam di Chicago bukan saja memberikan potret baru mengenai komunitas Islam di Amerika, tapi juga membuat saya merenung mengenai kekuatan Islam dalam dunia yang selalu berubah.

photo
Dino Pati Jalal - ()

Saya terkesan melihat kemampuan komunitas Islam ini untuk menciptakan keserasian antara Islam dan modernitas, antara keteguhan iman dan penguasaan teknologi, antara dunia Islam dan dunia Barat, antara generasi pertama dan generasi kedua, antara kebutuhan duniawi dan akhirat.

Yang paling menarik adalah kemampuan komunitas Muslim di Chicago untuk beradaptasi dengan lingkungan setempat sehingga mendapat ''pengakuan'' dari masyarakat setempat.

Mereka meningkatkan pengaruh di masyarakat Chicago yang sebelumnya buta Islam bukan dengan mengepalkan tinju, bukan dengan mengucilkan diri atau mengurung diri, dan bukan juga dengan kekerasan, namun dengan membangun jaringan dan memberdayakan diri.

Mereka dengan cerdik memanfaatkan sistem politik dan ekonomi di AS untuk menampilkan diri sebagai kelompok sospol yang disegani. Mereka tampil menjadi aktor ekonomi yang mandiri dan penuh percaya diri, yang tidak mengemis namun justru memberi kepada masyarakat sekitarnya. Dengan cara begitu, mereka secara proaktif mengubah pandangan masyarakat Amerika terhadap Islam, dan mengubah Amerika.

photo
Ilustrasi tradisi umat islam Indonesia. - (Antara/Harviyan Perdana Putra)

Saya melihat ini sebagai kelanjutan dari 14 abad sejarah Islam. Ingat: Islam dengan pesat berubah dari agama yang tumbuh di sekitar kota Makkah dan Madinah menjadi suatu peradaban dunia yang paling tinggi, yang menjalar di seluruh Timur Tengah, Byzantium, Persia, Ottoman, Spanyol, Italia, Eropa Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, bahkan ke Cina.

Islam melakukan hal yang fantastis ini dengan cara berkembang, berkarya, beradaptasi, dan berakar. Dalam semua ini, kejayaan Islam diukur bukan dari jumlah musuh yang ditaklukkannya, namun dalam kemampuannya untuk membuka hati serta meningkatkan martabat manusia.

Hal yang paling nikmat dari pertemuan di Chicago tersebut terjadi di akhir diskusi, ketika kita semua bersama-sama sholat berjamaah di masjid Islamic Foundation yang bernuansa Islam dan modern.

Dalam acara tersebut, tidak ada lagi ''pengkotakkan'' warga Indonesia, Amerika, Pakistan, atau India, yang ada hanyalah sesama saudara Muslim yang melakukan ibadah dengan tenteram di rumah Allah SWT.  Artikel ini merupakan pandangan pribadi.

*Naskah ini adalah artikel Dino Pati Djalal yang diterbikatn Harian Republika Desember 2003. Saat itu menjabat sebagai  Direktur Amerika Utara dan Tengah, Departemen Luar Negeri. 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement