REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dari sekitar 225 juta umat Indonesia saat ini, yang mempunyai Alquran baru mencapai sekitar 15 persen. “Sedangkan 85 persen lainnya belum memiliki Alquran,” kata CEO Badan Wakaf Alquran (BWA) Ustadz Heru Binawan dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (10/6).
Ia menambahkan, sebagai salah satu negara dengan penduduk mayoritas penganut Islam terbesar, tentu kebutuhan Alquran bagi masyarakat Indonesia sangat tinggi.
Namun, dengan kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan, tidak semua masyarakat mudah memperoleh Alquran. “Semakin terpencil lokasinya, semakin sulit dijangkau dan semakin mahal harganya. Masyarakat pelosok pun terpaksa bertahan dengan Alquran yang usang atau sama sekali tidak bisa membaca atau memiliki Alquran karena tidak mampu membelinya,” ujarnya.
Karena itu, Heru menambahkan, sejak awal berdiri tahun 2005, BWA menaruh perhatian besar terhadap pengumpulan dan penyaluran wakaf Alquran. “BWA menyalurkan Alquran terutama ke berbagai wilayah pedalaman dan pulau terpencil di Indonesia. Penyaluran Alquran wakaf itu tersebar dari Aceh (Sumatera) hingga Papua,” tuturnya.
Ia mengemukakn, kegiatan distribusi wakaf Alquran BWA disambut antusias oleh para dai lokal yang kesulitan memperoleh Alquran untuk membimbing murid binaannya. “Tak hanya dai lokal, niat kami juga disambut hangat oleh para wakif yang mempercayakan amanahnya kepada kami,” ungkapnya.
Heru menyebutkan, hingga tahun 2019, BWA telah menyalurkan sebanyak 887.628 Alquran amanah dari para wakif yang ingin membantu menegakkan akidah umat di pelosok. Semakin bertambahnya angka wakaf Alquran dari tahun ke tahun, semakin membuktikan tingginya kepercayaan wakif kepada BWA.
“Dengan tagar #2020SejutaQuran Kuatkan Indonesia, satu juta wakaf Alquran berhasil dihimpun BWA pada April 2020. Untuk itu, BWA mengucapkan terima kasih kepada para wakif yang telah berpartisipasi dalam wakaf Alquran walaupun sedang dalam kondisi pandemi,” paparnya.
Ia menambahkan, dengan semangat pencapaian ini BWA berkomitmen untuk lebih meningkatkan kinerja BWA sebagai lembaga filantopi Islam di Indonesia dengan menggandeng banyak partner lapang yang dapat mendeteksi kebutuhan Alquran di pelosok dan melakukan penetrasi distribusi ke daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Terkait pencapaian satu juta wakaf Alquran tersebut, BWA menggelar Zoom Meeting bertajuk “BWA Capai Satu Juta Wakaf Alquran”, Rabu (10/6) siang. Acara yang dipandu moderator Ustadz David Cholik itu menampilkan nara sumber Ustadz Heru Binawan, Direktur Program BWA Ustadz Hazairin Hasan, CEO Cinta Quran Ustadz Fatih Karim, Wakil Sekjen MUI dan Ketua Wahdah Islamiyah KH Zaitun Rasmin, dan motivator Rendy Saputra.
Dalam kesempatan tersebut, Heru Binawan mengungkapkan, kebutuhan Alquran di daerah luar biasa besar, terutama daerah pedalaman dan pulau terpencil.
Ia menegaskan, titik kritis wakaf Alquran adalah distribusinya. Banyak lembaga, terutama lembaga filantropi yang mengumpulkan wakaf Alquran, namun mereka belum menyiapkan lokasi distribusi wakaf Alquran tersebut.
“Kunci sukses program wakaf Alquran adalah distribusinya. BWA punya banyak pengalaman menyalurkan wakaf Alquran ke wilayah pedalaman maupun pulau terpencil. Dan itu tantangannya tidak mudah, namun seringkali sangat mengharukan,” tuturnya.
Ia mencontohkan, ada Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang hanya punya satu Alquran. Jadi, para santri kalau mau membaca Alquran harus bergantian. "Contoh lain, ada seorang ibu di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menangis saat kami beri Alquran dan Terjemahnya. Ketika kami tanya beliau bilang, 'Saya pernah dengar Alquran dan Terjemahnya, namun seumur hidup saya baru kali ini saya melihatnya,” ungkapnya.
Pernyataan Heru dibenarkan oleh Direktur Program BWA, Hazairin Hasan. “Kunci keberhasilan program wakaf Alquran adalah di distribusinya,” ujarnya.
Ia mencontohkan, kapal laut BWA harus menempuh waktu berjam-jam, belasan jam, hingga puluhan jam untuk mengantarkan wakaf Alquran ke wilayah pedalaman dan pulau terpencil. Sebagai contoh, untuk mengantarkan wakaf Alquran ke Pulau Madu yang merupakan pulau paling selatan di Provinsi Sulawesi Selatan, menghabiskan waktu 24 jam dengan kapal laut dari Makassar sampai tiba di Pulau Madu.
“Bahkan, untuk mengantarkan wakaf Alquran di sebuah pulau terpencil di wilayah Maluku Tengah, harus menempuh waktu dengan kapal laut sekitar 40 jam. Perjalanan tersebut harus melewati Laut Banda yang terkenal dengan sebutan Segitiga Bermuda-nya Indonesia,” tuturnya.
KH Zaitun Rasmin sangat mengapresiasi aksi nyata BWA dalam menyalurkan wakaf Alquran. “Saya sangat terharu atas pencapaian para mujahid Badan Wakaf Alquran (BWA) menyalurkan satu juta wakaf Alquran ke seluruh peloksok Indonesia, terutama wilayah pedalaman dan pulau terpencil. Apa yang dulu dianggap mimpi kini terwujud. Yang penting ada niat, ada tekad, dan mulai (kerjakan),” kata KH Zaitun Rasmin.
Ia menegaskan, sangat penting bagi umat Islam memiliki, membaca, mempelajari dan mengamalkan isi Alquran. “Nabi menegaskan, Allah SWT akan mengangkat suatu kaum karena Alquran dan menghinakan suatu kaum karena Alquran. Tidak akan ada kejayaan umat, kecuali dengan Alquran,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sebab kemuliaan umat ada pada Alquran, sebab kehinaan umat juga pada Alquran. “Kalau kita bersikap positif terhadap Alqufan, maka kita akan dimuliakan oleh Allah. Sebaliknya, kalau kita bersikap negatif kepada Alquran, maka kita akan dihinakan oleh Allah,” tegasnya.
KH Zaitun menambahkan, saat ini masih sekitar 85 persen umat Islam di Indonesia yang belum punya Alquran. “Mari ajak keluarga kita untuk berwakaf Alquran. Mulai dari Rp 50 ribu kita sudah bisa berwakaf Alquran. Ini akan menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir. Wakaf Alquran adalah jembatan emas menuju kebaikan,” papar KH Zaitun Rasmin.