REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI— Kepolisian Delhi India mengirim laporan pemeriksaan setebal 700 halaman menyangkut kematian petugas intelijen Ankit Sharma. Dalam laporan disebutkan kelompok Hindu diprovokasi Muslim dalam unjuk rasa berujung kerusuhan di New Delhi pada 25-28 Februari lalu.
Padahal dalam unjuk rasa menentang amandemen undang-undang kewarganegaraan itu kelompok Muslim turut menjadi korban. Dari 53 orang yang meninggal selama unjuk rasa, 38-nya merupakan Muslim. Bahkan 14 masjid mengalami penyerangan.
Kepolisian Delhi menyampaikan ada 751 laporan berkaitan kekerasan selama unjuk rasa yang disampaikan ke pengadilan. Laporan itu disusun selama dua pekan terakhir.
Dilansir dari Scroll.in pada Rabu, (10/6), Sharma meninggal di daerah Bagh Pulia, New Delhi pada 25 Februari. Jenazahnya lalu dibuang di aliran air terdekat. Polisi mengklaim Sharma diserang kerumunan massa ketika mencoba melerai aksi lempar batu.
Kepolisian menyebutkan sejumlah nama yang diduga bertanggungjawab atas kematian Sharma. Salah satunya Harsh Mander selaku aktivis penggerak massa unjuk rasa. Padahal dalam video orasinya, Harsh meminta pendekatan nonkekerasan guna memerangi ketidakadilan.
Polisi juga menuduh aktivis Umar Khalid sebagai dalang kerusuhan berujung kematian Sharma. Umar dianggap turut andil dalam rapat persiapan unjuk rasa untuk mempermalukan India di kancah internasional.
Di sisi lain, polisi Delhi diam seribu bahasa atas orasi provokatif Kapil Mishra selaku pimpinan Partai Bharatiya Janata pada 23 Februari. Mishra memberi polisi Delhi ultimatum untuk membersihkan jalan dari pengunjuk rasa.
"Setelah Kapil Sharma menuntut pengunjuk rasa pergi, semua warga di Jaffrabad dan Kardampuri berkumpul dan mulai melempari batu ke arah massa yang ingin blokade jalan dibuka karena unjuk rasa," tulis laporan polisi.